BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Pemerintah Provinsi Riau diminta untuk mengambil langkah cepat terkait kondisi pangan di Riau. Upaya tersebut harus dipikirkan segera mengingat hingga saat ini Provinsi Riau tidak punya sumber pangan untuk menutupi kebutuhan masyarakat. “Dalam situasi seperti ini, Provinsi Riau sangat rentan mengalami inflasi,” kata Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Riau, Ismet Inono, Jumat (05/08/2016)..
Hampir 80 persen sumber pangan di Riau dipasok dari Provinsi tetangga. Sejumlah daerah yang katanya bisa dijadikan sebagai tempat penyedia kebutuhan pangan di Riau diakui belum memberikan sumbangsih besar terhadap kebutuhan pasar.
Langkah lain yang mungkin bisa dilakukan untuk mengendalikan lajunya inflasi, pemerintah harus punya kebijakan mengatur suplai dari para distributor barang kebutuhan rumah tangga yang masuk ke Provinsi Riau.
“Kalau tidak atur dengan baik, kami sangat khawatir lonjakan inflasi akan sangat besar. Langkah ini sangat penting supaya target-target pemerintah bisa tercapai,” tambahnya.
Ismet menambahkan, pergerakan inflasi akan berdampak besar terhadap pergerakan ekonomi Riau. Sejumlah pengusaha akan terus memantau tingginya laju inflasi suatu daerah sebagai bentuk referensi potensi bisnis. Termasuk pihak perbankan. Turun naik inflasi akan menjadi acuan suku bunga perbankan. Sebab antara inflasi dan suku bunga selalu berbanding lurus.
“Makanya kalau ingin perbankan menerapkan suku bunga yang rendah, maka inflasi di Riau juga harus rendah. Karena bagi deposan suku bunga akan menyesuaikan dengan inflasi, dan dibayar diatas angka inflasi,” tambahnya.
Menanggapi masalah ini, Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman mengakui bahwa, untuk saat ini Riau belum punya daerah kuat sebagai benteng ketahanan pangan untuk dijadikan sumber pasokan pangan bagi masyarakat.
Dia menyebutkan, masalah yang dihadapi Riau saat ini yakni, tingginya tingkat alih fungsi lahan dari lahan persawahan ke kebun sawit. Andi Rachman meminta kepada setiap kepala daerah untuk terus mengupayakan berbagai kebijakan untuk mengatasi masalah tersebut.
“Kami juga ingin suatu saat alih fungsi lahan sawit yang terjadi berubah menjadi sawah dan lahan perkebunan sayur atau komoditi pangan. Kalau ini bisa diterapkan, tentu akan memberi dampak terhadap ketahanan pangan dan mampu menekan angka inflasi daerah,” tambahnya.
Penulis: Melba