Pertanyaan:
Assalamu’alaikum ustadz
Selama bulan puasa, pemerintah sudah mengurangi jam kerja pegawai dan menambah jam istirahat. Nah, bagaimana jika ada pegawai yang malas-malasan atau tidur-tiduran di masjid atau mushala. Apakah ini merusak puasanya?
Jawaban oleh: Prof Dr Ilyas Husti MA/ Ketua MUI Pekanbaru, Direktur Pascasarjana UIN Suska
Waalaikumsalam Warahmatullahi wabarakatuh
Tentang jam kerja pegawai negeri sipil, sebenarnya kebijakan pemerintah mengurangi jam kerja di satu sisi adalah bagus. Menghargai orang-orang beribadah. Agar bisa banyak beribadah dan interaksi di keluarga di rumah.
Puasakan mendidik supaya kita menjadi bertaqwa. Yang perlu diingat puasa ini tidak mengendurkan semangat. Puasa ini spirit hidup. Seperti yang disebutkan dalam sebuah hadis: “Barangsiapa puasa pada bulan Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala Allah Swt, niscaya diampuni dosanya yang telah laluâ€
Apalagi aktivitas ini karena Allah Swt. Jadi jangan ada malas-malasan apalagi tidur-tiduran. Ini yang harus jadi spirit muslim bekerja dan berbuat.
Bukan berarti yang berpuasa tidak menyelesaikan pekerjaan. Seharusnya kualitas kerja lebih bagus. Karena kita yakin semua yang kita kerjakan ibadah. Jangan terbalik.
Jangan keringanan dilakukan untuk yang tidak-tidak. Seperti tidur-tidur saja. Kualitas harus lebih baik dari sebelumnya. Karena kita percaya yang kita lakukan itu ibadah.
Apalagi kalau tidur itu melalaikan ibadah yang wajib, melalaikan tugas-tugas abdi negara yang diamanahkan bagi PNS itu bukan ibadah jadinya malah dosa.
Jadikan puasa itu spirit untuk beribadah dan spirit untuk bekerja. Itu baru puasa yang bermakna.
Â
Kami menyediakan ruang tanya jawab bersama bagi pembaca ustadz. Pertanyaan bisa seputar agama, rumah tangga, kebiasaan sehari-hari, dan lain-lain.
Kirim pertanyaan anda ke alamat email bertuahpos@redaksi.com.