BERTUAHPOS.COM (BPC), NASIONAL – Dalam konferensi perubahan iklim 2015, Indonesia telah berkomitmen untuk mendukung pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen.
Atas dasar komitmen itu, pengggunaan energi baru terbarukan (EBT) menjadi syarat utama karena sifatnya yang bersih, ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Di sisi lain, kondisi energi nasional di mana 90 persen berasal dari fosil, semakin berkurang ketersediaannya. Pemerintah pun sedianya telah menargetkan 23 persen bauran energi primer pada 2025, berasal dari EBT.
Namun hingga tahun 2016 ini, pemanfaatan energi baru maupun energi terbarukan masih sangat minim dibandingkan dengan potensinya.
Direktur Jenderal EBT dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana mengatakan, untuk energi terbarukan saja yang baru dimanfaatkan sebesar 8,66 gigawatt (GW) atau sekitar satu persen dari potensinya yang mencapai 801,2 GW.
“Pemanfaatan energi terbarukan baru satu persen. Artinya hampir utuh, karena enggak dipakai,” ucap Rida di Bogor, Jawa Barat, Jumat malam (20/5/2016).
Energi terbarukan merupakan energi yang bersumber dari panasbumi, hidro, bioenergi, surya, angin, dan laut.
Sementara itu energi baru berasal dari batubara tercairkan, gas metana batubara (CBM), batubara tergaskan, nuklir, hidrogen, serta metana lainnya.
Data Kementerian ESDM mencatat panasbumi memiliki potensi hingga 29,5 GW, namun baru termanfaatkan sebesar 1,44 GW (5 persennya). Adapun hidro memiliki potensi hingga 75 GW, namun baru 5,02 GW (7 persen) yang dimanfaatkan untuk PLTA, PLTM/H. Potensi bioenergi tercatat sebesar 32,6 GW, dan baru digunakan 1,74 GW (5,3 persen).
Sementara energi surya atau matahari menyimpan potensi hingga 532,6 GWp dan baru dimanfaatkan sebesar 0,08 GWp (0,01 persen). Adapun potensi angin dan laut masing-masing sebesar 113,5 GW dan 18 GW. Akan tetapi, potensi tersebut baru termanfaatkan 6,5 MW (0,01 persen) dan 0,3 MW (0,002 persen).
Sumber: kompas.com