BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU- Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru melalui Dinas Kesehatan (Diskes) terus berupaya menanggulangi penyakit Demam berdarah Dengue (DBD) tiap tahunnya. Penyakit DBD memang  penyakit yang disebabkan infeksi virus dengue yang menular akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Upaya Dinas Kesehatan Pekanbaru pun mulai membuahkan hasil. Kasus demam berdarah dengue tahun 2017 ini jauh berkurang dari tahun sebelumnya.
Seperti yang disampaikan Kepala Diskes Pekanbaru, Helda S Munir. “Kita terus berupaya melakukan inovasi dengan melakukan program dan sosialisasi ke tengah-tengah masyarakat,†ujar Helda.
DBD di Kota Pekanbaru pada minggu ke-14 tahun 2017 sudah mencapai 225 kasus. Jika dibandingkan dengan data kasus pada waktu yang sama ditahun sebelumnya (409 kasus) jumlah kasus menurun hingga 45 persen, begitu juga dengan jumlah kematian kasus DBD dari 7 kasus kini tercatat 1 kasus.
Dijelaskan Demam Berdarah Dengue (DBD) termasuk salah satu emerging diseases atau penyakit infeksi baru yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama. Vektor penular nyamuk Aedes Aegypti, satu ekor nyamuk dewasa dapat bertelur 50 hingga 100 butir, dalam waktu sepekan telor-telor tersebut akan menjadi nyamuk baru.
Ada 16 titik lokasi ‘idaman’ perkembangbiakkan nyamuk Aedes aegypti yang berada di lingkungan rumah kita. Diantaranya, Got atau parit, tong sampah, pot tanaman, kolam renang, talang air, vas bunga, perangkat semut, bak penampung di bawah lemari es, tangki air, bak kamar mandi/mc, ember, tempat makan hewan peliharaan, gantungan baju, kardus bekas, bekas alat bangunan dan ban bekas.
“Tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti adalah penampungan air bersih di dalam rumah ataupun berdekatan dengan rumah, dan air bersih tersebut tidak bersentuhan langsung dengan tanah. Sehingga langkah yang tepat untuk memutus rantai perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dengan cara gerakan massal 3M Plus,” ujarnya.
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru mencatat, ada tiga sikap atau realitas masyarakat terhadap pencegahan dan penanggulangan DBD, pertama masyarakat masih menganggap tingginya kasus DBD merupakan kesalahan dan tanggung jawab Pemerintah, kedua peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk, membangun prilaku hidup bersih dan sehat serta mewujudkan lingkungan bersih dan sehat masih renda, ketiga sebagian besar masyarakat masih beranggapan untuk mengendalikan DBD dengan cara fogging.
Untuk terus menekan jumlah kasus DBD, Dinas Kesehatan Pekanbaru saat ini gencar mensosialisasikan ‘Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik’ ke 12 kecamatan. Payung Sekaki di pilih menjadi Pilot Project penerapan gerakan tersebut.Â
Jumantik singkatan dari Juru Pemantau Jentik adalah anggota masyarakat yang secara sukarela memantau keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti dilingkungannnya. Mereka memiliki tanggung jawab untuk mendorong masyarakat melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara rutin.
‘Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik’ dalam PSN 3M Plus mengandung pesan bahwa upaya pencegahan dan pengendalian DBD dimulai dari masing-masing rumah tangga. Upaya pencegahan DBD akan berjalan optimal jika tiap rumah tangga berperan dan rutin melaksanakan PSN 3M Plus sekurang-kurangnya seminggu sekali.
‘Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik’ masing-masing RT ditunjuk sebagai koordinator dan diawasi oleh masing-masing lurah setempat.
Sementara kader jumantik adalah kepala keluarga atau anggota keluarga dalam yang disepakati untuk bertanggung jawab mensosialisasikan PSN 3M Plus, Melaporkan ke koordinator jumantik (Ketua RT), diteruskan ke supervisor untuk dibuatkan Angka Bebas Jentik (ABJ) hingga laporan masuk ke masing-masing Puskesmas.
“Selanjutnya, pihak puskesmas melakukan rekapitulasi ABJ dan dilaporkan ke kita, kemudian pihak puskesmas melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan PJB (Pemantau Jentik Berkala) milimal 3 bulan sekali. Dengan demikian koordinasi dalam upaya pencegahan dapat dilakukan secara maksimal, diamana upaya pencegahan tidak bisa dilakukan oleh pemerintah tampak keikutsertaan masyarakat, ” ujar Helda. (Adv-Diskes/Diskominfo)