Peluang cuan itu selalu ada, asal tak berhenti untuk berpikir untuk menangkap peluang. Ibarat kata pepatah “Orang beruntung tak semata mereka yang cerdas dan punya banyak uang, melainkan mereka yang punya kesempatan dan siap untuk mengambilnya.”
Kalimat ini mungkin cocok jika disematkan kepada Jufri, seorang warga di Pangkalan Kerinci. Dengan peluang dan kemampuan yang ada dia maju sebagai mitra untuk PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) sebagai mitra yang saling menguntungkan satu sama lain.
Dia mendirikan sebuah perusahaan penyedia media tanam untuk bibit akasia. Namanya PT Kerinci Bersaudara. RAPP sendiri membutuhkan setidaknya 150 ton per bulan sebagai media tanam bibit pohon akasia untuk bahan baku pulp dan kertas.
“Kesempatan ini yang saya baca, sehingga kemudian saya memutuskan untuk mendirikan perusahaan PT Kerinci Bersaudara,” katanya.
Tujuannya mendirikan perusahaan ini jelas yakni untuk menyuplai kebutuhan perusahaan sebagai media tanam bibit pohon akasia untuk bahan baku pulp dan kertas.
Dari tahun 2010 hingga kini, dirinya telah menyuplai arang sekam ke lima pusat pembibitan atau nursery RAPP.
Namun jauh sebelum itu, sebenarnya sejak tahun 2000, Jufri sudah mulai merintis usahanya sebagai mitra perusahaan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP).
“Sejak tahun 2000, saya sudah jadi mitra PT RAPP. Mulai dari mengurus kendaraan operasional, penyedia tenaga kerja, sampai menyediakan arang sekam,” ujarnya.
Berkat ketekunan dan kerja kerasnya selama lebih dari 10 tahun, kini lelaki enerjik itu berhasil membangun rumah mewah berkelir putih yang saat ini ditempati bersama keluarganya di Ibukota Kabupaten Pelalawan, Pangkalan Kerinci.
Menurut Jufri usaha yang dia geluti yakni arang sekam dengan mengolah kembali kulit padi yang bagi sebagian orang hanya menjadi limbah.
Cara membuatnya juga mudah, kulit padi (gabah) disangrai dengan penggorengan besar hingga agak menghitam.
“Bisnis arang sekam inilah yang saya rasa paling nyaman karena lebih sederhana. Orang lain mungkin melihat bahan bakunya tidak berguna, atau paling tidak untuk dibakar dan dijadikan abu gosok buat mencuci piring tapi bagi saya arang sekam ini memiliki nilai bisnis lebih,” katanya.
Dengan bisnis yang ditekuninya ini, Jufri kini secara rutin memasok sebanyak 30 ton arang sekam ke RAPP setiap tiga bulan sekali dengan harga Rp3.000 hingga Rp5000 per kilogram.
Bahkan, dia telah membuka tiga tempat pengolahan arang sekam. Salah satu lokasi berada tepat di sebelah rumahnya di Pangkalan Kerinci.
Jufri mengakui bahwa memang dari bisnis ini untungnya tak terlalu besar, hanya Rp400 per kilogramnya.
Namun menurutnya, bisnis tak hanya melulu soal untung dan rugi, ada hal-hal lain yang tak bisa dikalkulasi dengan hitungan uang. Membuka lapangan kerja, misalnya.
“Saat kita sudah bisa membuka lapangan kerja bagi orang lain, hal itu yang tak bisa diukur dengan uang. Artinya, kita senang bisa memberikan pekerjaan bagi warga setempat di saat kondisi ekonomi yang sulit seperti sekarang ini,” ungkapnya merendah.
Dampak positif serta peluang akan keberadaan PT RAPP mengantarkan Jufri untuk diberi kesempatan membuka lapangan kerja bagi warga setempat sebanyak 22 orang, bahkan berencana akan melakukan hal yang sama di Kuansing, dari hasil usahanya sebagai penyedia arang sekam.
Ini juga yang dialami oleh pemilik PT Rifky Pratama Sanjaya, yakni Sulaiman. Laki-laki warga Pangkalankerinci yang sebelumnya menjadi kontraktor itu, kini merasa nyaman menjadi pemasok arang sekam.
Karena kalau dulu saat menjadi kontraktor banyak menganggur jika tak ada proyek, kini hari-harinya dipenuhi kesibukan mengatur dan memberi arahan bagi 25 warga tempatan yang menjadi anggotanya.
“Apalagi selain arang sekam, saya juga memasok cocopeat yang berbahan baku limbah kulit kelapa,” katanya.
Sulaiman mengatakan bahwa saat ini dirinya selain memasok arang sekam sebanyak 20 ton, juga cocopeat 300 ton per triwulan ke RAPP. Seperti halnya arang sekam, cocopeat juga berbahan baku limbah kulit kelapa yang digunakan untuk media tanam pohon akasia.
“Bahan cocopeat ini berasal dari Lampung dalam kondisi 75-80 persen, dan sampai Pangkalan Kerinci tinggal dikeringkan saja,” katanya.
Sulaiman menjelaskan, saat ini harga cocopeat mencapai Rp 1.650 per kilogram. Dari jumlah tersebut, keuntungan bersihnya mencapai Rp 250 per kilogram.
Namun pada awal merintis usaha ini, dia hanya memasok 25 ton saja. Namun itulah, berkat ketekunan dan kerja kerasnya, kini Sulaiman memasok hingga mencapai 300 ton per tiga bulan.
“Alhamdulillah, multi efek adanya PT RAPP banyak yang merasakan. Selain saya tentunya, juga 25 warga yang kini saya pekerjakan,” ujarnya.
Karena itu, Sulaiman sangat mengapresiasi PT RAPP yang telah memberi kesempatan bagi warga setempat untuk menjadi mitra perusahaan. Tak hanya itu, dirinya juga berharap kerjasama kepada mitra binaan bisa ditingkatkan dan berkelanjutan.
Manager Community Development RAPP, Sundari Berlian, mengatakan ada sebanyak 177 mitra binaan yang jenis usahanya langsung berkaitan dengan operasional perusahaan industri kehutanan. Jenis usahanya mulai dari kontraktor palet, penyedia tenaga kerja, sarana transportasi, “water tank”, nursery, hingga penanaman dan pemanenan tanaman industri.
“Apalagi berdasarkan data asosiasi Pulp dan kertas Indonesia (APKI) menyatakan industri pulp dan kertas memberikan kontribusi terhadap nilai ekspor nasional sebesar 5,6 miliar per tahun dan menyerap tenaga kerja langsing dari hulu sampai hilir sejumlah 2,1 juta orang,” katanya.
Dikatakannya, berkat kerjasama dengan PT RAPP, warga setempat bisa dengan mudah mendapatkan akses perbankan untuk mendapat modal, yakni menggunakan kontrak PO (purchase order) sebagai jaminannya.
“Dari 177 mitra RAPP ini, mereka bisa menyerap tenaga kerja sampai 3.300 orang,” ujar Sundari.***