BERTUAHPOS.COM — Badai Helene telah menyebabkan lebih dari 100 korban jiwa di enam negara bagian selatan Amerika Serikat (AS). sebagian besar korban berada ratusan mil dari lokasi badai tersebut mendarat.
Helene pertama kali menghantam pantai barat Florida pekan lalu, sebelum menyebabkan banjir besar di wilayah Appalachia. Ukuran badai yang luar biasa besar dan banyaknya uap air yang diserap dari lautan hangat menjadi penyebab utama kehancuran yang ditimbulkan.
Suhu lautan yang meningkat akibat perubahan iklim membuat badai seperti Helene mampu menarik lebih banyak uap air, memicu curah hujan yang sangat tinggi.
Meskipun para ahli tidak secara langsung mengaitkan ukuran badai dengan pemanasan global, lebarnya Helene—dengan jangkauan angin lebih dari 499 kilometer saat mencapai daratan—lebih besar dibandingkan 90% badai yang melanda wilayah tersebut dalam dua dekade terakhir. Hal ini menyebabkan badai membanjiri kota-kota yang jauh dari pesisir pantai.
“Helene adalah badai paling berbahaya yang pernah ada,” ujar John Cangialosi, seorang pakar badai senior dari Pusat Badai Nasional AS di Miami. Kata dia, badai ini tidak hanya membawa satu jenis bahaya, tetapi berbagai ancaman sekaligus—angin kencang, gelombang badai, dan hujan deras.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh Helene menyoroti bagaimana pemanasan global meningkatkan risiko cuaca ekstrem bagi populasi yang lebih luas. Ini menantang asumsi-asumsi lama tentang persiapan menghadapi badai dan bencana alam lainnya.
Penduduk di sepanjang pantai barat Florida menerima perintah evakuasi saat Helene mendekat, tetapi banyak penduduk di utara Florida dan wilayah lainnya tidak mendapatkan peringatan yang memadai hingga bendungan hampir jebol.
Helene terbentuk dari pilin Amerika Tengah, area luas bertekanan rendah di atas Laut Karibia bagian barat, yang kerap menghasilkan badai pada waktu-waktu tertentu dalam setahun. Menurut Phil Klotzbach, seorang peneliti badai di Colorado State University, badai yang terbentuk dari sirkulasi besar seperti ini cenderung lebih kuat dan besar.
“Jika badai terbentuk dari sirkulasi besar yang sudah ada sebelumnya, badai tersebut akan menjadi besar,” kata Klotzbach. Badai besar seperti ini biasanya memiliki jejak angin dan curah hujan yang luas, memperburuk dampak kerusakan.
Para peneliti telah menemukan bahwa pemanasan lautan yang disebabkan oleh perubahan iklim menyebabkan lebih banyak badai besar, seperti yang didefinisikan dalam Kategori 3 atau lebih tinggi pada skala Saffir-Simpson. Selain itu, badai-badai ini juga lebih cenderung mengalami intensifikasi cepat dan menimbulkan curah hujan ekstrem.
Hal ini menjadi tantangan bagi prakiraan cuaca, seperti yang diakui oleh Cangialosi. Ia mengatakan bahwa banyak orang tidak memahami risiko badai besar dan seringkali membandingkannya dengan pengalaman badai sebelumnya, yang mungkin tidak relevan dengan situasi badai saat ini.
“Masalah terbesar adalah orang-orang cenderung hidup berdasarkan pengalaman masa lalu mereka,” ungkap Cangialosi. “Kami tidak ingin Anda membandingkan badai dengan pengalaman sebelumnya.”
Dampak badai Helene menggarisbawahi kebutuhan mendesak untuk meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana cuaca ekstrem di masa depan.***(Bloomberg Technoz)