BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Sejak beberapa tahun terakhir, banyak pihak mendesak Pemerintah Provinsi Riau untuk membangunkan Museum Perjuangan. Namun, hingga hari ini, museum tersebut tak kunjung berdiri.Â
Padahal, keberadaan museum perjuangan ini akan menggambarkan betapa sejak abad ke-16, rakyat Riau telah berjuang untuk melawan penjajahan.
Bertuahpos.com menemui salah satu sejarawan Riau, Suwardi MS di salah satu hotel di Pekanbaru. Suwardi banyak mengeluhkan minimnya perhatian pemerintah terhadap sejarah Riau, termasuk soal pembangunan museum perjuangan Riau ini.
Berikut petikan wawancara bertuahpos.com dan Suwardi MS.
Tanya: Veteran Riau beberapa waktu lalu menuntut pemerintah Provinsi Riau untuk membangunkan museum perjuangan. Bagaimana tanggapan anda?
Baca :Â Sejarawan Minta Pemerintah Bangunkan Museum Perjuangan di Riau
Jawab: Ya, sebenarnya usulan itu sudah lama disampaikan, sejak masa gubernur Annas Maamun. Waktu itu, Annas memang berjanji akan membangunkan suatu gedung untuk dijadikan museum perjuangan Riau. Lokasinya adalah tempat Tugu Integritas Anti Korupsi yang sekarang. Memang sudah hendak dibangunkan waktu itu oleh gubernur Annas.
Tanya: Lalu, apa yang terjadi? Mengapa pembangunan tersebut tidak dilanjutkan, dan malahan digantikan dengan Tugu Integritas?
Jawab: Itulah. Kita tahu, saat itu Annas Maamun dapat kasus. Setelah itu, dia digantikan oleh Wakilnya, Andi Rachman. Rencana pembangunan gedung museum perjuangan Riau ini kemudian tak ada kabarnya lagi. Tahu-tahu, ditempat itu sudah berdiri Tugu Integritas. Pembangunan gedung museum perjuangan terhenti, dan tidak dilanjutkan hingga saat ini.
Tanya: Menurut anda, seberapa penting museum perjuangan Riau ini?
Jawab: Penting sekali. Disitulah nanti anak-anak kita belajar bahwa Riau ini sudah sejak ratusan tahun lalu berjuang untuk melawan penjajahan. Dimulai sejak abad ke-16, dimana Sultan Mahmud dari Malaka melawan Portugis. Sultan Mahmud kemudian mundur hingga Kampar, dan terus melanjutkan perlawanan dari Kampar. Tahun 1500-an itu. Dilanjutkan oleh Raja Indragiri, Narasinga, yang juga berjuang untuk melawan penjajah Portugis. Juga melawan Belanda. Perjuangannya telah dimulai oleh Sultan Siak. Namanya Perang Guntung. Perang ini dimulai 1750-1762, di Pulau Guntung, Siak. Masih banyak lagi yang lain, seperti perjuangan Raja Haji, datuk dari Raja Ali Haji.
Jadi, perjuangan Riau melawan penjajah sudah dimulai ratusan tahun yang lalu. Belum kita hitung perjuangan Tuanku Tambusai yang berlangsung sejak Perang Paderi hingga tahun 1848.
Nah, perjuangan dan bukti perjuangan itu bisa kita sampaikan dalam museum perjuangan. Disitulah masyarakat kita bisa belajar nanti, bahwa perjuangan rakyat Riau itu sudah sejak ratusan tahun yang lalu.
Tanya: Kalau untuk masa perjuangan kemerdekaan, seperti apa yang terjadi di Riau?
Jawab: Masa jepang, ribuan rakyat kita menjadi korban kerja paksa. Kemudian, di Rengat, ribuan orang dibunuh Belanda, sehingga menyebabkan sungai Indragiri itu berwarna merah, karena kita tidak mau tunduk. Peristiwa itu disebut Rengat Berdarah. Belum di wilayah lainnya. Rakyat Riau mengorbankan darah untuk memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan itu. Para veteran menjadi saksinya. Maka, semua perjuangan itu perlu disusun dan dimasukkan serta ditampilkan dalam museum perjuangan.
Tanya: Lalu, pemerintah beralasan masalah biaya menjadi kendala pembangunan museum perjuangan ini. Apa tanggapan anda?
Jawab: Pemerintah yang sekarang ini tidak peduli dengan sejarahnya sendiri. Bagaimana kita ingin membesarkan dan membangun Riau ini, jika terhadap sejarah kita saja tidak peduli. Berapalah biaya membangunkan gedung museum perjuangan ini. Ingat ya, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya. Kita tidak menghormati dan tidak mengenang perjuangan pahlawan kita? Maka kita akan menjadi bangsa yang kerdil. Riau akan menjadi provinsi yang kerdil.
Tanya: Dengan kondisi seperti ini, apa yang anda harapkan untuk pemerintah?
Jawab: Ya itu tadi, hargailah sejarah kita sendiri. Ayo kita kompak, lebih peduli dan menghormati perjuangan nenek moyang kita terdahulu. Baru dengan begitu kita bisa menjadi bangsa yang besar. (bpc2)
Â