BERTUAHPOS.COMÂ (BPC), PEKANBARU – Berawal dari modal 2 kilogram tepung dan sejumlah uang Rp100 ribu, Mimie Bolu merintis produk bolu kembojo mininya pada tahun 2008. Nurlela Sari Siregar begitu nama lengkap sang owner Mimie Bolu. Seorang wanita paruh baya yang punya banyak cerita tentang usahanya membangun usaha.
Sebuah toko yang menyediakan oleh-oleh makanan khas Melayu terletak dijalan Pepaya, Pekanbaru itulah sebagian hasil dari usaha kerja keras jatuh bangun Mimie Bolu selama 8 tahun belakangan.
“Waktu itu sekitar tahun 2008. Saya masih ingat, hanya buat 2 kilogram saja. Karena ukuran bolu kembojo yang kita buat ini bentuknya kecil, dapat sekitar 200 buah,” ungkapnya kepada kru Bertuahpos.com.
Ibu yang lahir di Medan, pada tanggal 29 Agustus 1972 ini membangun usahanya dengan ketekunan dan tidak terlepas dari kekuatan doa yang selalu dipanjatkan kepada sang pencipta. Dirinya mengakui apa yang telah diraihnya saat ini tidak terlepas dari kuasa Allah SWT.
“Selain usaha, tidak pernah lepas untuk tidak meminta kepada yang satu, yaitu sang pencipta. Apa yang saya dapatkan dan hasil yang ada saat ini semuanya berkat Allah, terus meminta kepada-Nya,” katanya.
Jika pernah mendengar seorang almarhum Bob Sadino saat awal membangun bisnisnya, dengan mendatangi setiap pintu rumah dan menawarkan produknya kepada siapa saja yang keluar dari balik pintu itu. Lela, tidak terinspirasi dari sang legendaris Bob Sadino. Tapi cara seperti itulah yang dia lakukan.
Selama satu tahun penuh, Lela memboyong bolu kembojo mininya untuk dijajakan ke setiap rumah, kantor dan sekolah, hanya agar orang lain tahu dengan produknya, dan mendapat tambahan pelanggan.
Tatkala menyodorkan kue buatannya untuk dicicip pelanggan, dia selalu minta pendapat siapapun yang sudah mencoba bolu kemojo mini itu. Masukan, kritik dan saran sekecil apapun menjadi bahan koreksi baginya.
“Iya, saya keliling-keliling. Satu tahun lamanya cuma untuk cari respon pasar dan cari pelanggan. Saya minta pendapat mereka yang sudah cicip kue saya. Saya jadikan itu sebagai masukan untuk dilakukan perbaikan. Semua yang saya lakukan hanya untuk pasar yang suka dengan produk saya,” ujarnya.
Menurut cerita Lela, mengenalkan bolu kembojo mini ke market penuh tantangan. Tentu saja sebelum dia melakoni usahanya itu, sudah banyak unit usaha lain yang juga menjual produk yang sama.
Ketika itu kue bolu kembojo yang menjadi khas Riau masih dipacking seperti cake. Lela punya inovasi lain dengan menjadikan sajian kue uni menjadi lebih praktis. Tanpa merubah bentuk dan warna asli kue kemojo, dia membuat inovasi dengan bentuk yang lebih kecil dan praktis.
“Saya sadar, awalnya dulu ada banyak yang tidak bisa menerima dengan inovasi ini. Saya disebut telah merubah dan merusak bentuk asli makanan khas Riau ini. Tapi kepada mereka saya terus menjelaskan bahwa sebuah produk harus ada perubahan dan inovasi,” tambah Lela.
Bolu kembojo mini buatan Lela terbukti ampuh menggaet pasar, dizaman yang serba cepat, kecenderungan pasar juga ingin instan. Hasil inovasi itu membuktikan bahwa produknya jauh lebih praktis dan mudah untuk dikonsumsi, tanpa merubah rasa aslinya.
“Niatnya ingin menciptakan hal baru, dan memudahkan orang untuk mengonsumsinya, dan kita hadir dengan inovasi rasa yang baru juga. orang taunya bolu kembojo itu padat, bantet, tapi sama kita diminikan. Kita buat dengan rasa yang lembut, diresep bisa kita atur, didalamnya bisa lembut tapi diluarnya krispi. Tentu dengan bahan baku yang berkualitas,” tambahnya.
Diusianya yang masih 44 tahun dan memiliki 4 anak ini sudah dapat dikatakan sukses dan dirinya sangat bersyukur telah menikmati hasil yang ia perolah saat ini.
Saat ini, tidak kurang dari Rp4.5 juta yang masuk kedalam meja kasir Mimie Bolu dalam sehari, hanya dari produk Bolu Kembojo Mininya itu.
“Dihitung omzet untuk bolu kembojo mininya saja tidak kurang dari Rp4.5 juta sehari. Belum untuk produk yang lainnya. Terlebih saat weekend apalagi hari besar. Lebih kurang Rp9 juta omzet yang diperolehnya, hanya dari bolu kembojo,” paparnya.
Terakhir, Lela akan memberikan motivasi buat kita semua. Ia mengatakan jika ingin menjadi penguasaha atau enterprenuer mulailah dari usia muda. Sebab menurutnya, begitu banyak cobaan dan tekanan saat baru merintis suatu usaha.
“Mulailah usaha semuda mungkin. Karena begitu banyak cobaan dan tekanan, agar tidak cepat putus asa. Bagi saya, modal tidak nomor 1 diusaha saya. Sebarapapun modal yang ada, maksimalkanlah itu. Tidak menunggu modal yang banyak dulu baru mulai usaha,” tegasnya.
Ia menjamin, jika dari usia muda dan dijalankan dengan usaha dan kerja keras, serta selalu melibatkan sang pencipta disetiap langkah, lebih kurang 10-20 tahun sudah bisa menikmati hasilnya.
“Alhamdulillah diusia saya yang sekarang ini, yang memulai usaha dari umur 24 tahun sudah dapat menikmati hasilnya. Terpenting menjaga kualitas, tidak menyerah, dan menyerahkan hasil akhir sama yang memberikan,” tutupnya.
Penulis: Dilla