BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Palu, Donggala, NTB, Lampung dan Banten telah mencatat sejarah pilu menjelang tutup tahun 2018. Pemukiman masyarakat luluh lantah rata dengan tanah akibat gempa dan tsunami yang menerjang wilayah itu.
“Bersyukurkan kita yang tinggal di Riau, sebab secara georafis daerah ini jauh dari kemungkinan terjadinya bencana serupa dengan daerah-daerah itu. Kecuali kalau tuhan berkehendak lain.” Kalimat inilah yang selalu keluar dari bibir Gubernur Riau, Wan Thamrin Hasyim ketika diminta berkomentar soal bencana alam.
Dia sebenarnya merasakan kecemasan sama seperti apa yang dirasakan oleh kepala daerah yang wilayahnya dihantam bencana. Oleh sebab itu dia ingin rasa syukur ini diungkapkan oleh seluruh masyarakat di Riau, melalui surat intruksi terakhirnya menjelang tutup tahun ini. Surat yang dikeluarkan Wan Thamrin per tanggal 28 Desember 2018 dengan Nomor: 210/SE/2018.
Dalam surat itu Wan Thamrin begitu mencermati soal musibah bencana alam yang belakangan melanda Tanah Air. Demi ketentraman dan ketertiban di tengah masyarakat, himbauan diberikan kepada seluruh ASN dan THL di lingkungan OPD masing-masing, termasuk perguruan tinggi, Ormas, Organisasi Winita, dan paguyuban-paguyuban di Riau.
Semunya dihimbau untuk tidak merayakan malam tahun baru dalam bentuk hiburan, maupun menyalakan kembang api petasan dan meniupkan terompet. Dianjurkan sepada seluruh tempat hiburan agar tidak buka pada malam pergantian tahun. Mengisi malam tahun baru dengan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing, khusus Muslim agar sekiranya melaksanakan zikir istiqomah dan doa keselamatan agar terhindar dari segala bencana.
Lalu, kepada orang tua agar tidak membiarkan anak-anaknya berkeliaran di jalan dan tempat hiburan yang dampat mengganggu keamanan, ketentraman dan ketertiban masyarakat.
Sepanjang tahun 2018 begitu banyak bencana dahsyat menghantam Tanah Air hingga menimbulkan korban jiwa dalam jumlah banyak. Alangkah baiknya, jika pihak-pihak yang biasa rayakan malam tahun baru dengan pesta pora, diubah dengan muhasabah atau kegiatan religi lainnya.
“Kami tidak ada acara apa-apa pada saat malam tahun baru. Dengan situasi negara kita yang kini tengah dirundung bencana alam di mana-mana, paling kami hanya adakan acara zikir bersama pada malam pergantian tahun baru. Ini sebagai bentuk rasa duka dan prihatin terhadap korban-korban akibat bencana alam itu. Makanya lebih baik kami membuat perayaan tahun baru dengan versi yang berbeda dengan kedepankan nilai religi,” ungkapnya, Kamis, 27 Desember 2018 di Pekanbaru.
Lebih tepatnya, kata Wan Thamrin Hasyim, Pemprov Riau tidak melarang banyak pihak untuk merayakan malam tahun baru. Namun sebaiknya dirayakan dengan versi yang berbeda dengan kegiatan yang sifatnya muhasabah, atau mendekatkan diri dengan Allah.Â
Pergantian tahun ini sebaiknya dijadikan sebagai waktu untuk mengevaluasi diri atas apa yang sudah diperbuat selama setahun belakangan ini. Jika biasanya malam pergantian tahun diisi dengan aktifitas perta dengan musik dan menyalakan petasan, Wan Thamrin berharap hal-hal semacam ini sebaiknya tidak dilakukan lagi.
“Kami imbau kalau untuk yang seperti itu janganlah lagi. Apalagi 2018 ini kan banyak terjadi bencana alam. Mulai dari NTB, pindah ke Palu, sekarang di Selat Sunda, Lion Air terbang ke bawah, itu semuakan cukup memggores hati kita, melihat saudara-saudara kita yang kena musibah. Oleh sebab itu sebaiknya pergantian tahun 2018 ke 2019 banyak diisi dengan zikir sajalah,” sambungnya.
“Saya sudah perintahkan kepada Pak Sekda, buat panitia kecil bahwa malam tahun baru kita akan adakan acara zikir bersama. Acaranya di Gedung Daerah, Diponegoro. Ustaznya tengah kita cari. Kalau dapat UAS,” kata Wan Thamrin. (bpc3)