BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Tim Pengendali curiga anjloknya harga buah kelapa masyarakat di Kabupaten Inhil, Riau, akibat ada indikasi larang ekspor kelapa ke Malaysia dan Filipina.
Sebab deman hasil panen dari kebun kelapa di Inhil itu begitu diminati oleh negara tersebut dan biasanya jika permintaan tinggi dengan sendirinya akan mendongkrak harga kelapa rakyat di Inhil.
Kecurigaan ini kemudian langsung dikonfirmasi oleh Ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Riau, Ahmad Hijazi, yang juga menjabat sebagai Sekretaris Daerah Provinsi Riau, ke Pemkab Inhil.
“Kita curiga apakah benar ada larangan ekspor untuk kelapa?” ujarnya, Kamis, 29 November 2018.
“Setelah dikonfirmasi ternyata tidak ada. Hanya saja buyer (pembeli) di sana (Malaysia) terjadi persaingan dengan Filipina. Kemudiaan deman (permintaan) Malaysia dan Thailand terjadi ‘perang dagang’. Inilah yang menjadi salah satu faktor penyebab turunnya harga kelapa,” kata Hijazi.
Menurut Hijazi, terhadap masalah ini perlu ada semacam pembatasan perdagangan. Sebelum ini, perusahaan di Inhil Riau mengeluhkan mengenai kekurangan bahan baku kelapa untuk produk olahan. Namun perusahan tidak bisa menjamin harga tinggi lantaran mengikuti alur padat luar negeri.
Kemudian ada perdagangan lintas batas yang dulunya membuat kelapa rakyat mudah saja berlayar ke negeri tetangga. Namun karena ketentuan tertentu, negara pembeli kelapa tidak lagi mau membeli kepala yang hanya diangkut dengan kapal kayu, tapi harus menggunakan kontener.
“Di situlah masalahnya. Kan di Inhil belum ada pelabuhan kontener. Selama ini kelapa Inhil lepas ke pelabuhan Malaysia atau Filipina hanya dengan kapal kayu. Pasar menutup diri terhadap hal itu,” ujarnya. (bpc3)