BERTUAHPOS.COM, PEKANBARUÂ – Potensi perkebunan non sawit, seperti kelapa dan sagu di Riau sejatinya cukup untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama dari sisi finansial. Namun pada kenyataannya, masyarakat Riau secara umum belum terberdayakan dengan potensi itu, sehingga Pemprov Riau mau tidak mau harus sadar bahwa kelapa dan sagu itu tidak hanya sebatas ditanam kemudian panen.
“Kami melihat harapan masyarakat ekonomi masyarakat di Riau ini hanya bergantung pada sawit, sebab memang dari segi produktivitas sangat menjanjikan. Tapi yang perlu disadari bersama, baik Pemprov Riau maupun masyarakat, bahwa komoditi lain seperti sagu dan kelapa juga punya peluang sama besar dengan sawit jika mendapat perhatian serius dari pemerintah,” kata Kepala OJK Riau, Yusri, Sabtu, 17 November 2018.
Luas perkebunan kelapa mencapai 431.000 hektar dan terpusat di Kabupaten Inhil, Riau. Data dari Dinas Perkebunan, Kabupaten Indragiri Hilir dari 431.000 hektar luas perkebunan kelapa itu 80 persen adalah milik masyarakat. Sementara itu, data dari Badan Ketahanan Pangan Riau, mencatat luas perkebunan sagu di Riau yakni 87.000 hektar dan terpusat di Kabupaten Kepulauan Meranti, dengan total produksi sekitar 249.000 ton per tahun.
Menurut Yusri, campur tangan Pemda dalam pengembangan potensi perkebunan non sawit ini sangat berperan sebab Pemda punya power kebijakan terutama dalam tatanan regulasi. Oleh sebab itu jika kedua komoditi ini berkembang dengan turunannya, maka potensi meningkatnya finansial masyarakat sangat tinggi, sebab kebun-kebun ini didominasi oleh masyarakat.
“Sekarang ini, memang harus sadar dengan investasi yang fokus mengelola turunan dari perkebunan ini. Tidak perlu banyak. Cukup 2-3 saja, tapi hasil yang dicapai maksimal. Bayangkan jika masyarakat menjual kelapa itu yang dinilai atau dibeli tidak hanya buatan bijinya, tapi juga batok dan sabunya tentu harganya akan semakin tinggi,” katanya.
Pengelolaan serius yang diharapkan OJK tidak lain bagaimana pendapatan masyarakat bisa meningkat. Dengan demikian kucuran pendanaan dari perbankan akan mengalir dengan sendirinya. Selain itu dampak luasnya, yakni meningkatnya daya beli masyarakat terutama di wilayah pedesaan.
Plt Gubri, Wan Thamrin Hasyim mengakui bahwa sektor perkebunan non sawit di Riau perlu mendapat sentuhan kebijakan yang lebih baik. Terutama pada komoditas kepala dan sagu. Selain sawit, menurut Wan Thamrin Hasyim, kedua komoditi merupakan identitas kedaerahan yang patut mendapat perhatian khsusu.
“Saya berterima kasih atas masukan-masukan seperti ini, setidaknya, jika tidak bisa di masa saya, mungkin bisa direalisasikan dipemerintahan selanjutnya,” katanya.(bpc3)