BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Khas rumah adat Melayu di Riau itu berpanggung. Jika ditelisik lebih jauh, rumah berpanggung ini juga sama dengan beberapa rumah adat suku lain di Indonesia.
Rumah adat orang Melayu di Riau memang sengaja dibangun menggunakan tiang-tiang penyangga. Fungsinya untuk menghindari agar air tidak masuk ke dalam rumah, sebab sebagian besar awal mula pemukiman masyarakat dekat dengan sungai atau laut.
Selain itu, alasan lain mengapa rumah adat Melayu berpanggung, agar hewan peliharaan tidak masuk ke dalam rumah. Rumah tinggal suku Melayu itu namanya rumah bubung Melayu, atau rumah belah bubung. Ini sebutan untuk rumah rebung.
Kolong rumah panggung sering dipakai sebagai tempat untuk bertukang (bekerja). Selain itu tempat ini juga sering digunakan untuk menyimpan barang (gudang), tempat menyimpan peralatan pertanian, dan alat penangkap ikan. Tapi tidak jarang, kolong rumah menjadi tempat bermain anak-anak.
Jenis-jenis rumah, namanya sesuai dengan bentuk atapnya. Rumah beratap curam disebut rumah khas lipat pandan, beratap agak landai disebut lipat kajang, rumah atap bersusun disebut atap layar atau ampar labu. Biasanya didirikan di atas tiang setinggi 1,50-2,40 meter, dan terdiri atas ruangan-ruangan yang disebut Selasar (ruang depan), rumah induk, telo dan penanggah.
Dilansir dari berbagai sumber, rumah khas Melayu tradisional itu sangat unik. Terbuat dari papan. Jika si pemilik rumah punya nilai seni tinggi, maka papan sebagai dinding rumah akan diukir sedemikian rupa, sesuai dengan ukiran ornamen Melayu, seperti selembayung.
Di zaman now seperti ini, jarang sekali anak Melayu mengenal detail tentang rumah adat mereka. Sebab orang melayu, baik yang berada di wilayah desa atupun perkotaan, termasuk cepat melek dengan dunia moderen. Namun demikian di beberapa wilayah di Riau, masih ada banyak rumah khas tradisional Melayu ini berdiri.
“Hawa di dalamnya selalu dingin, karena terbuat dari papan. Biasanya jarak langit-langit juga dibuat tinggi dan banyak jendela, untuk sirkulasi udara,” ujar Salim, seorang tokoh masyarakat di Kabupaten Kepulauan Meranti Riau. Di daerah ini, juga masih banyak rumah tradisional Melayu berdiri di pinggiran, atau di tengah pulau.
Kata Salim, kalau malam rumah panggung selalu dingin. Dinding dan lantai kayu yang disusun rapi selalu memberi ruang untuk udara masuk. Apalagi rumah yang berada di pinggir laut. Memasuki waktu subuh, suhu dingin yang dihasilkan melebihi AC yang terpasang di rumah mewah seperti di kota-kota.
“Kebiasaan orang Melayu itu, apalagi di wilayah pesisir, suka memelihara hewan ternak. Dibuat panggung supaya hewan itu tidak masuk ke dalam rumah,” ujarnya. (bpc3)