BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – PT Pertamina (Persero), akan bangun 4 kilang minyak, yaitu RU IV. Gagasan dibangunnya kilang ini menimbang rasio ketergantungan impor minyak mentah kian tinggi tiap tahunnya. Sehingga diyakini banyak menguras devisa negara. Namun benarkah pembangunan kilang minyak ini mampu menyelamatkan devisa negara?
Bahan bakar minyak digunakan dalam menunjang aktivitas perekonomian dihasilkan dari kilang minyak. Minyak mentah berasal dari sejumlah lapangan minyak diolah menjadi bahan bakar minyak seperti, premium, pertalite, perta dex, pertamax, bio solar, avtur, paraxylene dan sejenisnya.
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia, PT Pertamina (Persero), Rachmad Hardadi mengatakan, saat ini, ada 6 kilang minyak dioperasikan oleh PT Pertamina (Persero). Yakni di RU II Dumai, RU III Plaju, RU IV Cilacap, RU V Balikpapan, RU VI Balongan, dan RU VII Kasim.
“Sebetulnya ada satu kilang lagi, yaitu RU I Pangkalan Brandan. Hanya saja, dengan pertimbangan pengoperasian RU I tidak ekonomis lagi, pada 2007 RU I Pangkalan Brandan sudah tidak beroperasi,” katanya.
Kapasitas terpasang dari 6 kilang minyak ini 1,05 juta barel per hari. Namun, dalam pelaksanaannya, produk Bahan Bakar Minyak yang dihasilkan dari 6 kilang minyak itu sekitar 800-950 ribu barel per hari.
Dia menambahkan, dalam setahun, dibutuhkan sekitar 72 juta kilo liter bahan bakar minyak. Sementara, Pertamina, sebagai BUMN Migas dapat memberikan kontribusi sekitar 39 juta kilo liter. Tidak ada jalan lain. Untuk memenuhi kebutuhan BBM, Pertamina melakukan impor minyak mentah dan BBM dari luar negeri.
Sementara itu, Rasio ketergantungan akan impor minyak mentah antara 33% sampai 44%. Hal ini tentu mengakibatkan devisa negara terkuras. Di sisi lain, kenaikan ini memperlihatkan bahwa kegiatan perekonomian Indonesia sedang tumbuh.
“Atas pertimbangan perkembangan ekonomi, dan menyelamatkan devisa negara, Pertamina mengambil inisiatif untuk membangun infrastruktur yang dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama, dilakukan pengembangan 4 kilang minyak yaitu RU V Balikpapan, RU VI Balongan, RU IV Cilacap, dan RU II Dumai,” tambahnya.
Program kerja ini dikenal dengan RDMP (Refinery Development Master Plan) dan kelompok ke 2, dibangun kilang minyak baru (New Grass Root Refinery, NGRR) di Tuban dan Bontang.
“Tujuan dari pengembangan dan pembangunan kilang minyak adalah agar nantinya di tahun 2023, Pertamina bisa mewujudkan swasembada Bahan Bakar Minyak seperti yang dicanangkan oleh Pemerintah Jokowi-JK dalam Nawacitaâ€, ujar
Dengan 6 proyek ini, kata Rachmad Hardadi, kapasitas produksi kilang minyak dioperasikan oleh Pertamina nantinya menjadi, 2,2 juta barel per hari. Mega proyek 6 kilang minyak ini diperkirakan akan membutuhkan dana sekitar Rp500 triliun rupiah. Dengan sistem pengerjaan proyek dibagi 2.
“Tantangan terbesar Direktorat Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia adalah mewujudkan semua ini dalam kurun waktu 7 tahun dan selesai di tahun 2023. Ini lebih cepat dari target pemerintah. Untuk itu, dukungan dari semua pihak sangat kami perlukan â€, ujar Rachmad Hardadi. (rls/mff)