BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Jika Anda mahasiswa aktif Fakultas Ekonomi khususnya jurusan Ilmu Ekonomi, Anda pasti mengenal Dosen Taryono (34). Dosen berkacamata yang ramah kepada mahasiswanya ini merupakan dosen tetap di Fakuktas Ekonomi sejak tahun 2008.
Namun untuk mencapai semua yang ia dapat saat ini, terdapat perjuangan yang tentunya tidak akan ia lupakan. Seperti yang diceritakan Taryono, Rabu (25/1), saat berbincang dengan Bertuahpos.com. Beliau menceritakan pengalaman hidupnya terutama baginya yang merupakan perantau di Kota Bertuah, Pekanbaru.
Semasa kecilnya, dosen yang juga memiliki konsentrasi di Bidang Perencanaan serta Bidang Pembangunan Wilayah dan Pedesaan ini banyak menghabiskan waktunya di Kuantan Singingi, sekalipun beliau merupakan kelahiran Siak Sri Indrapura.
Taryono menceritakan untuk mencapai semuanya ini, ia membutuhkan kemauan yang kuat serta ketahanan dalam mengikuti pendidikan. Taryono bahkan menyebutkan, saat pertama kali mengikuti pendidikan di Pekanbaru, beliau mengalami kesulitan terutama dalam hal materi.
Berasal dari keluarga yang tidak berada, Taryono memberanikan diri untuk mencoba melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Pekanbaru, tepatnya di SMA Negeri 9 Pekanbaru. Di Pekanbaru, Taryono mulai membiasakan diri menjadi anak kost. Sebulannya, Taryono hanya mengandalkan kiriman bulanan dari kedua orang tuanya.
“Sebulan biasanya saya cuma dikirim Rp100 ribu. Itu udah termasuk ke dalam uang kos saya yang perbulannya mencapai Rp50 ribu,” tutur Taryono.
Selama tiga tahun menjadi siswa di Pekanbaru, Taryono sudah merasakan pahitnya perjuangannya untuk belajar. Keinganan belajarnya yang kuat didasari atas keiinginannya untuk merubah hidup lebih baik lagi.
“Di kampung saya, anak-anak seusia saya saat dulu setelah tamat SMP biasanya langsung bekerja ataupun menikah. Ini yang membuat saya berkeiinginan untuk merubah hidup dengan melanjutkan pendidikan SMA saya ke Pekanbaru,” terang Taryono.
Salah satu hal yang tidak bisa dilupakan dosen lulusan Pascasarjana Universitas Andalas ini ialah dimana ia mencoba mengatur keuangan saat masih menempuh pendidikan SMA di Pekanbaru. Beliau menceritakan dulunya pernah merasakan hanya memakan sayur kol dengan garam untuk dikonsumsi dengan nasi.
“Terkadang sedih juga ingat dulu, yang mana saya dulu pernah satu minggu makan nasi hanya menggunakan sayuran kol dicampur nasi,” ujar Taryono.
Namun semua perjuangan Taryono untuk merubah hidupnya serta keluarganya dalam hal ini orang tuanya kini telah membuahi hasil. Ini dimulai dimana saat Taryono mulai menginjakkan kakinya di Perguruan tinggi. Dimana beliau dulunya juga merupakan mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi Universitas Riau.
“Sebenarnya saya pernah mendapat undangan untuk melanjutkan pendidikan ke Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) dan juga Universitas Gajah Mada (UGM). Namun karena dulu saya dan orang tua tidak ada biaya saya tidak mengambilnya, padahal ingin sekali. Mungkin sudah jalannnya Tuhan yang atur untuk saya kuliah di UR lewat jalur PBUD,” tutur Taryono yang juga pernah mengajar di STIE Dharma Putra.
Saat dibangku kuliah, suami dari Fuji Rahayu ini juga aktif dalam berbagai organisasi diantaranya HMJ Ilmu Ekonomi. Selain itu, Taryono juga sering diajak oleh dosennya untuk ikut tergabung dalam riset-riset yang diadakan di Fakultas Ekonomi. Dari sanalah Taryono mulai mendapatkan penghasilan yang bisa ia gunakan dalam sehari-harinya, selain beasiswa. Sehingga ia bisa melanjutkan pendidikan S2nya ke Universitas Andalas.
Saat ini, Taryono mengajar dalam beberapa mata kuliah di Jurusan Ilmu Ekonomi UR, diantaranya Ekonomi bangunan, perencanaan pembangunan, ekonomi regional dan, perekonomian indonesia.
Di akhir perbincangannya dengan Bertuahpos.com, Taryono berpesan khususnya kepada kaula muda untuk mau melanjutkan pendidikan ke bangku perkuliahan. “Untuk yang sudah kuliah bisa serius mengikuti kuliahnya, karena tidak semua beruntung bisa kuliah,” tutup Taryono.
Penulis: Teguh Asrin