BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Sudah 11 tahun Umi Silawati, guru honorer K2 di SDN 188 menjadi honorer dengan gaji pas-pasan. Rabu pagi (11/01/2017), dia berada diposisi barisan paling belakang di antara puluhan honorer K2 yang melakukan aksi zikir bersama di tugu PON Pekanbaru itu.
Tahun 2013, dia ikut ujian tes PNS tapi sayang keberuntungan belum berada di pihaknya. Namun pemerintah menjanjikan untuk honorer K2 yang tidak lulus akan diangkat secara bertahap jadi PNS. Harapan itu kini masih sebatas harapan semata. Perjuangannya sejak lama untuk naik status menjadi PNS masih berpangsung.
Umi menunjukkan kertas nomor ujian tes PNS tahun 2013 itu kepada bertuahpos.com. Kertas itu dia simpan dan masih terlihat utuh. Kabar rencana pemerintah akan membuka jalur PNS untuk umum, seolah menjadi pukulan baginya, dan honorer K2 yang lain. “Kenapa tidak kami ini, yang dulunya sudah dijanjikan oleh pemerintah yang diangkat dulu jadi PNS,” katanya.
Perjuangan Umi Silawati, dan ratusan honorer K2 lainnya masih belum usai. Mereka komit tidak akan pernah berhenti berjuang sampai tujuan mereka tercapai. Harapan untuk menjadi PNS masih tetap menggebu. Paling tidak dengan status itu, masa depan dan hari tuanya terjamin.
Selain itu, untuk tugas dan tanggung jawab, sama dengan PNS. Sedih hati Umi, tiga tahun sudah berlalu, sejak ikut tes PNS sampai hari ini, penantian untuk menjadi PNS belum juga terealisasi. Umi menjadi honorer K2 di SDN 188 Pekanbaru sejak tahun 2005. 11 tahun penantian itu masih tetap penjadi harapan.
Sebagai honorer K2, gaji yang dia terima per bulannya sesuai dengan UMK, yakni Rp2.1 juta per bulannya. Namun sejak Juli 2016 lalu uang gaji itu dipotong sesuai dengan jenjang pendidikan. Umi lulusan S1. Setiap bulan hak dari uang gajinya dipotong sebesar Rp350 ribu.
Sementata untuk honorer K2 tamatan D II dan D III, dipotong sebesar Rp500 ribu. Total pendapatan yang kini dia terima perbulannya hanya Rp1.7 juta saja. Uang inilah yang dia pergunakan untuk menutup kebutuhan keluarga. Karena dia sadar penghasilan dari suaminya tidak akan cukup menutupi kebutuhan keluarga
“Kalau saya, masih mendingan. Teman-teman yang lain malah ada banyak kasus yang mereka alami. Kasihan lihatnya. Kami berharap jangan sia-sia perjuangan ini. Hidup boleh masing-masing, tapi perjuangan kami komit untuk dilakukan bersama-sama,” katanya.
Penulis: Melba Ferry Fadly