BERTUAHPOS.COM (BPC), AGAM – Belum usai kegelisahan kaum ibu terhadap mahalnya harga kebutuhan pokok seperti cabai merah sejak sebulan terakhir, kini harga beras mulai merangkak naik.
Salah seorang ibu rumahtangga Rima, di Kecamatan Baso, Kabupaten Agam, Propinsi Sumatera Barat, mengeluhkan mulai mahalnya harga beras dipasaran. Untuk jenis Sokan, perkilogramnya dibeli seharga Rp 13.000 ribu rupiah ditempat penggilingan padi.
“Alun lai turun harago Lado, Bareh La Naik Pulo, (Red: Belum Lagi Turun Harga Cabai, Beras Sudah Naik Pula). Sekarang kami hanya membeli cabai merah seperlunya saja, kadang 1 one, karena harga perkilonya masih Rp 80 ribu, padahal biasanya sekali beli untuk bisa tahan satu minggu,” sebut ibu dua anak ini usai membeli beras.
Disampaikannya, meski harga beras mulai mahal, namun kebutuhan makan tidak bisa dikurangi. “Kalau cabai bisa dikurangi, tetapi untuk urusan makan tidak bisa dikurangi. Tetap kita beli perkarung 10 kilogram itu, tetapi biasanya kita hanya beli Rp 12.000 ribu perkilogram dan sejak sepekan terakhir ini naik,” sebutnya meminta Pemerintah untuk bisa menstabilkan harga kebutuhan pokok dipasaran.
Hal serupa juga diungkapkan salah seorang pedagang beras, Uci, dimana harga beras mulai naik sejak sepekan terakhir. “Sudah naik, bukan hanya cabai saja yang mahal, beras juga sudah naik,” ceritanya.
Meski harganya mulai naik, tetapi tingkat penjulan beras dipasaran tidak berkurang. “Kalau penjualan hampir sama, lagian naiknya tidak signifikan, kemudian kebutuhan masyarakat terhadap beras tidak bisa dikurangi,” sebutnya.
Naiknya harga beras dipasaran, bisa dipastikan akibat musim panas panjang beberapa bulan lalu. Kemudian banyaknya tanaman padi masyarakat gagal panen akibat kekeringan dan fuso.
“Sudah empat bulan terakhir swah tidak bisa diapa-apain, karena kekeringan bahkan retak-retak. Tentu saja, masa tanam dan panen terundur, dan mengakibatkan ketersediaan beras masyarakat kurang bahkan habis sehingga terpaksa beli beras,” sebut Yas, salah seorang petani padi di Kabupaten Tanahdatar, Propinsi Sumatera Barat.
Disamping itu, sebut pria dua anak itu, musim penghujan juga membuat masyarakat sulit menjemurkan padinya sebelum dibawa ketempat penggilingan. “Sekarang musim hujan, jadi padi masyarakat lama kering, sehingga itu membuat proses padi menjadi beras itu lama, dan ini saya rasa berperan dalam menciptakan naiknya harga beras,” tuturnya menganalisa.
Penulis: Khatik