BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Guna mengatasi kebakaran lahan gambut di Riau, Unri, BPPTÂ dan lembaga dari Jepang memunculkan sebuah konsep baru, yakni Reeweting atau pembasahan kembali.Â
“Saat ini berkembang pemikiran baru mengenai cara mengatasi kebakaran dan emisi karbon dari gambut yaitu dengan Reweting (pembasahan kembali, red),” ungkap  Harris Gunawan, peneliti spesialis lahan gambut UNRI kepada Bertuahpos.com, Sabtu (8/2/2014).
Selama ini Provinsi Riau menjadi andalan dalam pengukuran Green House Gases (GHG) di tinggat lokal, nasional maupun internasional. Dalam rangka penurunan GHG di Indonesia inilah, UNRI-BPPT-Jepang sepakat menyusun suatu proposal bersama. Yakni proposal mengenai penerapan  Prinsip Reeweting pada suatu kawasan lahan gambut yang ada di Riau.
Konsep ini sudah masuk dalam program Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCCC). JadiÂ
Indonesia harus memiliki pemikiran yang dapat diterapkan untuk menuju pemanfaatan gambut secara bijaksana di Riau.
“BPPT akan menjadi focal point FAO untuk isu-isu mengenai GHG, karena itu BPPT aktif menghimpun pemikiran mengenai kemungkinan penerapan rewetting di Indonesia,” ujarnya.
Dipaparkan Harris, mereka akan mengajukan pemikiran kepada pemerinta kabupaten dan provinsi Riau.Â
Diantaranya, melakukan pengembangan tanaman yang mampu berkembang dan membangun ekonomi wilayah, namun juga sifat alami tumbuh di kawasan yang basah dan tidak memerlukan pengeringan gambut.Â
Misalnya tanaman sagu, bintangur, meranti dan lainnya.
Selain itu juga membangkitkan nilai ekonomi gambut melalui ecotourisme dan menjadikan Riau pusat ilmu pengetahuan gambut di dunia. Terlebih lagi untuk pemanfaatan gambut yang bijaksana, membangun tanpa merusak gambut. (Syawal)