BERTUAHPOS.COM — Rencana pemerintah menaikan biaya pungutan ekspor Crude Palm Oil/CPO, sepertinya sudah tidak bisa ditawar. Dari 7,5% menjadi 10% di tahun 2025. Tujuannya untuk mendukung program mandatori biodiesel B40.
Namun, Institute for Development of Economics and Finance (Indef) meyakini kebijakan ini akan membuahkan sederet dampak negatif. Peneliti Indef, Dhenny Yuartha, mengatakan kebijakan ini cukup kontraproduktif. Terutama terhadap daya saing CPO dalam negeri dan turunannya.
“Struktur pasar CPO dalam negeri yang monopsoni dan adanya pajak ekspor menyebabkan produsen menghadapi opportunity cost, baik untuk ekspor maupun pengolahan CPO menjadi biofuel,” jelasnya, pada Selasa, 24 Desember 2024, seperti dilansir dari Bloomberg Technoz.
Dia menelaah setidaknya ada enam dampak negatif yang akan terjadi:
- Subsidi Tidak Efisien
Subsidi biodiesel melalui dana PE yang dikelola Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dianggap tidak efisien karena lebih banyak menguntungkan produsen besar CPO.
- Inefisiensi Keekonomian
Perusahaan-perusahaan dalam program biodiesel, termasuk B40, memperoleh keuntungan besar dari subsidi.
“Makin besar kapasitas produksi, makin besar pula surplus produsen melalui subsidi biodiesel,” ungkap Dhenny.
- Distorsi Perdagangan
Kebijakan ini berpotensi mengurangi ekspor CPO akibat peningkatan impor barang modal untuk pabrik biodiesel dan alat pendukungnya.
Selain itu, Dhenny memperingatkan bahwa biodiesel tidak mampu menggantikan peran ekspor CPO dalam jangka panjang karena pasar besar seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa cenderung mengurangi permintaan biodiesel.
- Distorsi Subsidi Energi
Meskipun mengurangi subsidi APBN untuk solar, biodiesel membutuhkan insentif tambahan.
Jika harga indeks pasar (HIP) biodiesel lebih tinggi dari HIP solar, beban insentif BPDPKS dapat meningkat, sehingga menjadi risiko jika penerimaan BPDPKS tidak mencukupi.
- Dampak Sosial dan Lingkungan
Subsidi biodiesel mengurangi dana untuk meningkatkan produktivitas sawit berkelanjutan.
Dalam jangka panjang, agresivitas biodiesel dapat membebani lahan sawit yang terbatas dan mengancam keberlanjutan lingkungan.
- Distorsi Produk Pangan
Peningkatan konsumsi CPO untuk biodiesel mulai melampaui kebutuhan untuk pangan, seperti minyak goreng, sehingga memengaruhi pasokan dan harga di pasar domestik.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor CPO pada November 2024 mencapai USD2,09 miliar, turun 11,76% secara bulanan meskipun naik 2,24% secara tahunan.
Gapki melaporkan volume ekspor CPO Januari–September 2024 hanya mencapai 2,16 juta ton, menurun dari 2,38 juta ton pada periode yang sama tahun sebelumnya.***