BERTUAHPOS.COM — Program biodiesel B40 yang akan diluncurkan pada 1 Januari 2025 diproyeksikan akan menjadi katalisator penguatan harga minyak kelapa sawit mentah (CPO) pada kuartal pertama tahun depan. Hal ini pastinya akan mengerek harga tandan buah segar atau TBS kelapa sawit.
Tim peneliti BMI, unit riset Fitch Solutions Group, memperkirakan harga CPO untuk kontrak berjangka bulan ketiga di Bursa Malaysia pada 2025 mencapai MYR3.900 per ton, meningkat dari proyeksi sebelumnya yang berada di angka MYR3.650 per ton.
Sepanjang 2024 hingga 4 November, harga rata-rata kontrak minyak sawit mencapai MYR3.990 per ton, sedikit naik dari rata-rata tahun berjalan sebesar MYR3.952 per ton sejak prediksi BMI diterbitkan pada 20 Agustus.
BMI menilai bahwa penguatan harga CPO pada kuartal pertama 2025 dipengaruhi oleh penerapan program biodiesel B40 di Indonesia.
Kenaikan bauran biodiesel dari B35 ke B40 diyakini akan menambah kebutuhan CPO untuk pasar domestik sebesar 1,5 juta hingga 1,7 juta ton, setara dengan 5,7% hingga 6,5% dari total ekspor minyak sawit Indonesia pada 2023, menurut data Trade Map.
Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) memperkirakan kenaikan ini akan meningkatkan penggunaan CPO untuk biodiesel dari 11 juta ton menjadi 13,9 juta ton per tahun.
Selain itu, Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) memperkirakan konsumsi minyak sawit dalam negeri Indonesia meningkat dari 11,9 juta ton pada 2022-2023 menjadi 13,75 juta ton pada 2024-2025.
BMI juga mengungkapkan bahwa Presiden Prabowo Subianto sebelumnya mencanangkan gagasan untuk mengadopsi mandat B50 pada 2025, namun dinilai masih terlalu cepat untuk direalisasikan.
Pada Oktober, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) melaporkan bahwa peningkatan bauran biodiesel ke B50 berpotensi menurunkan ekspor CPO, yang dapat berdampak pada pendanaan skema penanaman kembali dalam negeri.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyebut adopsi B50 dijadwalkan pada 2028.
BMI memperkirakan surplus produksi minyak sawit global akan menyempit dari 1,8 juta ton pada 2023-2024 menjadi 1,1 juta ton pada 2024-2025, yang merupakan tingkat terendah dalam empat tahun terakhir.
Hal ini menunjukkan pasar yang lebih ketat dibandingkan perkiraan USDA, yang memprediksi surplus 2,2 juta ton pada 2023-2024 dan 1,7 juta ton pada 2024-2025.
Di sisi produksi, produksi minyak sawit global diprediksi meningkat dari 76,6 juta ton pada 2022-2023 menjadi 79,6 juta ton pada 2024-2025.
Sementara itu, permintaan global diperkirakan naik dari 74,3 juta ton pada 2022-2023 menjadi 78,5 juta ton pada 2024-2025.
Menurut BMI, prospek harga CPO akan sangat bergantung pada waktu peluncuran biodiesel B40 di Indonesia dan kecepatan implementasinya.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan bahwa biodiesel B40 yang akan diluncurkan pada awal 2025 akan mendapatkan subsidi melalui dana pungutan ekspor CPO yang dikelola BPDPKS.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, mengatakan bahwa subsidi tersebut telah disetujui dan BPDPKS sedang menyiapkan anggarannya.
Saat ini, pengujian B40 tengah dilakukan di berbagai sektor seperti otomotif, perkeretaapian, dan maritim, yang ditargetkan selesai pada Desember.
ESDM juga sedang melakukan uji teknis untuk biodiesel B50 secara paralel, meski masih memerlukan beberapa penyesuaian standar dan spesifikasi agar dapat diterapkan secara luas.
Eniya menegaskan bahwa pengembangan biodiesel hingga B100 secara teknis memungkinkan, namun tetap memerlukan kajian lebih lanjut untuk penyempurnaan spesifikasi dan standar yang dibutuhkan.***