Oleh: Melba Ferry Fadly
Bisnis yang baik, adalah bisnis yang baik untuk masyarakat, negara, iklim, customer dan perusahaan sendiri. Hanya karena itu bisnis bisa berkelanjutan.
— Sukanto Tanoto —
Hampir setiap dua pekan sekali, Ariantara naik bus listrik dari Riau Complex di Pangkalan Kerinci, Pelalawan, ke Kota Pekanbaru. “Kalau ada libur, aku pasti balik (ke Pekanbaru),” katanya saat berbincang dengan Bertuahpos.com, di salah satu kafe bilangan Ronggowarsito, Pekanbaru, awal Februari 2024 lalu.
Kesempatan off biasanya dimanfaatkan untuk mengunjungi sang ibunda yang sudah tua, dan menghabiskan waktu libur bersama adik dan sepupunya, lalu di kembali lagi ke Pangkalan Kerinci naik bus listrik yang sama untuk menjalani rutinitas pekerjaan seperti biasa.
Setelah menamatkan pendidikan S2-nya di Universitas Gadjah Mada (UGM), Arian diterima sebagai karyawan Asia Pacific Rayon (APR) — APRIL Group — bagian operasional, sekitar tahun 2019 lalu.
“Kebetulan waktu itu ada perekrutan. Saya ikut tes, dan alhamdulillah-nya diterima,” ujarnya. “Pertama kali naik bus listrik, pas kerja di APRIL, sih. Sebelumnya nggak pernah.”
Waktu itu, bus listrik merupakan barang baru baginya. Walau tak begitu tahu seluk beluk otomotif, namun menurutnya kendaraan operasional perusahaan itu sangat ketara perbedaannya dengan kendaraan konvensional.
“Aku kan, kalau di jalan itu suka tidur. Paling ketara itu bedanya nggak ada getaran dan nggak ada suara berisik mesin. Kalau soal kenyamanan, sudah pastilah,” ungkapnya.
Diskusi kami lebih cukup intens mengulas soal iklim positif dari sudut pandangnya sebagai seorang karyawan di perusahaan kehutanan. Satu sisi, dia mengaku senang menjadi bagian dari perusahaan yang komit terhadap sustainability dan peduli pada kondisi iklim positif. Namun di sisi lain, mendorong bagaimana karyawan juga ikut andil di dalamnya, tentu menjadi tantangan besar.
“Tentu saja tak mudah,” katanya. Namun, dia termasuk yang sepakat bahwa karyawan — khususnya di perusahaan yang bergerak di bidang kehutanan dan perkebunan — harus menjadi bagian dari upaya untuk mewujudkan iklim positif.
Menurutnya, bahkan hampir seluruh karyawan di tempatnya bekerja, sudah diberi pemahaman tentang iklim positif, lingkungan berkelanjutan, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi global saat ini, tentang climate change.
Sebuah pertanyaan disodorkan Bertuahpos.com kepadanya di sela-sela diskusi ringan itu. “Saat perubahan iklim menjadi isu global. Ada banyak organisasi dunia, bahkan negara-negara besar lainnya “berebut” mengambil bagian untuk mengatasi masalah ini. Mengapa hal ini menjadi penting bagi seorang karyawan, seperti Abang?”
Dia tersenyum, lalu berkata, “Kita nggak mungkin bisa ngajarin orang yang memang nggak mau belajar. Buang-buang waktu. Makanya, dalam konteks ini, mindset (pola pikir) menjadi kunci paling utama,” katanya.
“Misal di tempat aku kerja. Perusahaan punya kebijakan, lalu karyawannya patuh. Tapi nggak paham kenapa mereka harus melakukan itu. Maka, di luar dari kepentingan perusahaan, mereka akan bodo amat. Bayangin aja jika setengah dari karyawan APRIL mikirnya kayak gitu,” jawabnya sambil tertawa.
Menurut Arian, jika sebuah perusahaan menganggap bahwa karyawan adalah salah satu aset berharga, maka visi dan misi perusahaan harus dibungkus dalam persepsi yang sama. Perusahaan akan menyediakan fasilitas yang sejalan dengan itu, lalu pola pikir karyawannya juga harus sejalan dengan visi dan misi tersebut.
Caranya, bisa dilakukan dengan banyak skema. Bisa lewat kebijakan dengan pemberlakukan sanksi, lama-lama jadi kebiasaan. Bisa juga dorongan itu datang setelah mereka merasakan langsung dampak positifnya. “Tapi menurut aku, yang paling efektif itu membangun kesadaran mandiri dari masing-masing personal. Pondasinya tetap mindset.”
“Kadang-kadang pola pikir kita baru berubah setelah kita merasakan dampak buruknya dulu. Ini yang menjadi tantangan besar menurut aku,” tuturnya.
Menjadi bagian dari APRIL Group, Arian paham betul bahwa konsep sustainability yang diusung perusahaannya punya tujuan jauh lebih besar, dan akan berdampak positif terhadap berbagai aspek — baik untuk ruang hidup, maupun industri.
“Misalkan, semua bentuk kekhawatiran global terhadap perubahan iklim benar-benar terjadi. Kan bukan cuma kita, semua bentuk usaha juga akan terkena dampaknya, bahkan masyarakat awam yang nggak ngerti apa-apa tadi, juga akan terdampak, gitu.”
Diskusi ini memang singkat, tapi rasanya sejalan dengan laporan dari tim ilmuwan Global Carbon Project yang mengungkap bahwa Indonesia masuk dalam daftar 10 negara penghasil emisi karbon terbesar di dunia.
Tahun 2022, menurut laporan itu, Indonesia menghasilkan sekitar 700 juta ton karbon per tahun, atau naik signifikan sebesar 18,3% dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi ini cukup mengkhawatirkan mengingat Indonesia merupakan negara dengan peningkatan emisi karbon tertinggi di antara negara-negara lain.
Dari databoks yang rilis katadata, peningkatan emisi Indonesia didorong oleh penggunaan energi fosil, terutama batu bara. Selain itu, alih fungsi lahan dan tingginya tingkat deforestasi di Indonesia juga berkontribusi pada peningkatan emisi tersebut.
Dalam rilisnya, Juru Kampanye Energi dari Trend Asia, Novia Andri, menelaah tingkat kewajaran mengapa Indonesia masuk dalam daftar 10 besar negara penghasil emisi karbon. Jawabannya, karena Indonesia masih sangat bergantung dengan batu bara.
Selain produksi batu bara yang melebihi target produksi, praktik co-firing biomassa kayu, dapat memperburuk emisi sebanyak 155,9 juta ton dari deforestasi 240.622 hektare hutan alam, atau 43,59% dari total emisi Indonesia berasal dari hutan dan lahan. Oleh sebab itu, hal ini sangat perlu mendapat atensi serius.
APRIL Group, bagian dari Royal Golden Eagle (RGE), salah satu perusahaan yang cukup peduli atas berbagai kekhawatiran tersebut, “…dan kami mengambil bagian itu lewat komitmen APRIL2030,” kata Direktur PT RAPP, Mulia Nauli dalam penyampaiannya saat membuka diskusi bersama awak media di Riau Kompleks pada 16 Februari 2024.
Salah satu target sasaran dalam komitmen ini, adalah mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dalam setiap kegiatan operasional, dan menggantinya dengan energi ramah lingkungan. “Namun, kami sadar tantangannya sangat besar,” katanya.
APRIL2030 menjadi panduan perusahaan dalam menjalani bisnisnya 10 tahun ke depan, yang disusun dalam sebuah konsep business plan jangka panjang, meskipun Mulia mengakui, bahwa nilai investasinya memang jumbo. “Oleh sebab itu, kami berani klaim sebagai green product,” tuturnya.
Pj Gubernur Riau, SF Hariyanto mengapresiasi dan menaruh harapan besar atas berbagai terobosan yang dilakukan APRIL lewat komitmen ini. Menurutnya, hajat besar dari Komitmen APRIL2030, adalah langkah yang cukup berani.
“Beragam inovasi idealnya berorientasi pada kegiatan yang pro lingkungan. Panel surya, bus dan motor listrik, serta berbagai kebijakan APRIL Group untuk iklim positif harusnya dapat diikuti oleh sektor swasta lainnya. Apalagi, ini kan sudah lama jadi program pemerintah, terkait mengatasi persoalan perubahan iklim global. Pemerintah pastinya mendukung itu,” katanya, Jumat, 1 Maret 2024, atau sehari setelah dirinya dilantik sebagai Pj Gubernur Riau.
Apa Itu Komitmen APRIL2030?
Addriyanus Tantra, secara gamblang bicara tentang sebuah konsep bagaimana PT Asia Pacific Resources International Limited (APRIL) terlibat menjadi bagian dari solusi masalah perubahan iklim global — yang kini jadi isu seksi dunia.
Sustainability Ops Fiber Manager dari Departemen Sustainability APRIL itu mengatakan, komitmen APRIL2030 adalah sebuah konsep di dalamnya terkandung “mimpi besar” saling terhubung, tak bisa dipisahkan satu sama lain.
Mimpi itu, menjadi harapan bagaimana alam dan masyarakat saling bersahabat dalam sebuah ekosistem yang memang selayaknya ada.
Komitmen ini merupakan sebuah ikhtiar yang jadi “senjata”, dan jadi bagian dari kontribusi perusahaan terhadap iklim positif global. Asa yang dibungkus dalam Komitmen APRIL2030.
Lewat cara ini, APRIL akan menjawab tantangan 10 tahunan (dekade), tertuang dalam empat pilar dengan 18 target sasaran. Adapun keempat pilar itu adalah; iklim positif, lanskap yang berkembang, kemajuan inklusif dan pertumbuhan berkelanjutan.
“Seluruhnya dapat dilakukan secara jelas dan terukur,” katanya dalam sebuah pertemuan dengan awak media di Riau Kompleks pada 16 Januari 2024 lalu.
Menurutnya, segala bentuk tindakan dalam komitmen ini berlandaskan ilmu pengetahuan, terutama berkaitan dengan iklim sebagai sasaran jelas untuk capaian iklim positif. Dampaknya akan sangat drastis terhadap penurunan emisi karbon.
Tindakan tersebut untuk mewujudkan nol emisi bersih dari pemanfaatan lahan. Caranya dengan optimalisasi penyerapan dan penyimpanan karbon dari berbagai jenis bentangan alam, termasuk di lahan gambut.
Selain itu, ada target 25% penurunan kadar emisi karbon pada produk serat. Untuk mewujudkan itu, APRIL berinvestasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi, meningkatkan sistem operasi, serta pemenuhan atas sebagian besar kebutuhan energi pada pabrik dan kegiatan operasional, dari sumber-sumber energi yang bersih dan terbarukan.
Upaya ini, meliputi nol emisi bersih dari pemanfaatan lahan, kadar emisi produk turun hingga 25%, lalu 90% untuk pabrik terpenuhi lewat energi terbarukan, dan 50% kebutuhan energi pada kegiatan operasional serat dapat dipenuhi dari sumber-sumber terbarukan.
Lalu, dari sisi lanskap yang berkembang, kata Addriyanus, sebagian besar berada dalam kondisi terpelihara, terlindungi, dan memiliki keanekaragaman hayati, dan terus berkembang.
Menariknya, sebagian besar dari hutan tanaman industri yang digarap APRIL, justru digunakan untuk upaya restorasi dan konservasi hutan. Bahkan, cakupannya kian memperluas area konservasi dan restorasi hingga di luar area operasional.
“Kami juga menjamin tak ada kawasan hutan lindung yang hilang. Ini harus dilakukan agar capaiannya lebih terukur dalam nilai ukuran ekosistem,” jelasnya.
Untuk meminimalkan luasan lahan untuk kebutuhan produksi, secara paralel juga ada upaya investasi di sektor inovasi teknologi dan penelitian silvikultur (budidaya hutan).
Targetnya, 50% pada produktivitas serat dari hutan tanaman industri dan ilmu lahan gambut tropis, akan dikembangkan melalui suatu pusat penelitian dan Eco-Camp — yang baru dibentuk dalam kawasan restorasi RER.
Sedangkan pada pilar kemajuan inklusif; meliputi sasaran untuk memberdayakan masyarakat melalui prakarsa transformatif di bidang layanan kesehatan, pendidikan, dan kesetaraan gender.
Adapun bagian penting di dalamnya yang jadi target utama, yakni sebagai salah satu upaya menekan hingga menghapus kemiskinan ekstrem terhadap masyarakat di radius 50 kilometer dari wilayah operasional perusahaan. Caranya dengan meningkatkan pendidikan dan akses universal pada pelayanan kesehatan dasar.
Lebih spesifik, APRIL sebenarnya ingin menyasar upaya menurunkan prevalensi tengkes (stunting) pada anak balita di provinsi Riau hingga 50%, termasuk mendorong partisipasi efektif perempuan di bidang sosial dan ekonomi serta memberikan kesetaraan peluang untuk pengembangan.
Lalu, pertumbuhan berkelanjutan pada bisnis dipercaya akan menjamin kelangsungan penanaman sumber daya (investasi) untuk iklim, alam, dan masyarakat.
Upaya ini dilakukan dengan membuat perusahaan menjadi lebih produktif, lebih terdiversifikasi, dan lebih sirkuler sebagai bagian dari produksi yang bertanggung jawab.
Upaya yang dilakukan meliputi; meningkatkan efisiensi penggunaan bahan atau materi, serta pengambilan kembali bahan-bahan kimia melalui pengolahan dengan pemakaian air yang lebih sedikit per ton produk, dan mengurangi limbah padat.
“Salah satu sasaran utama adalah pemanfaatan kemajuan teknologi untuk memenuhi pasokan serat dari limbah tekstil,” tutur Addriyanus.
Apa Esensi dari Komitmen APRIL2030?
Komitmen APRIL2030 boleh dikatakan esensi atau mahia dari niat awal perusahaan, yang ingin menjadikan sustainability sebagai pondasi paling legitimasi dalam produksi. Ini sudah hadir sejak tahun 2022 lalu, atau sudah ada di APRIL jauh sebelum Sustainable Development Goals (SDGs) setenar sekarang.
Perjalanan itu dimulai dengan sertifikasi untuk feasibility (penilaian kelayakan) maupun responsible forest management — sebuah konsep paling relevan untuk mempertahankan dan meningkatkan nilai ekonomi, sosial dan lingkungan sumber daya hutan untuk generasi saat ini dan nanti.
Kata Addriyanus, ini adalah konsep paling ideal menurut pandangan internasional, diikuti dengan lisensi restorasi ekosistem, sehingga membuatnya benar-benar punya nilai. Upaya pengembangannya dilakukan seobjektif mungkin, secara kuantitatif dari jumlah area, dan kualitatif untuk memenej nilai-nilai yang ada di dalam konservasi tersebut.
Tahun 2014, APRIL mempublikasikan komitmen pengelolaan hutan berkelanjutan versi 1 dan versi 2 di tahun 2015.
Hadirnya kelompok-kelompok mandiri yang independen — seperti kelompok kerja pakar gambut independen — telah mengeluarkan berbagai pertimbangan objektif, mulai dari hasil kajian riset hingga penelitian secara yang berlandaskan ilmu pengetahuan dan teknologi, lalu implementasi di lapangan.
Addriyanus mengungkapkan, alasan paling dasar mengapa komitmen ini hadir, karena 60% area konsesi perusahaan adalah lahan gambut, “…sehingga, kami perlu juga advise akademis internasional terkait pengelolaan gambut berkelanjutan.”
Perjalanan panjang APRIL menuju kesadaran dan komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan, telah membawa perusahaan ke titik di mana untuk mencapai semua tujuan itu, tercermin dalam komitmen APRIL2030.
Komitmen untuk menjawab tantangan dekade ini bahkan telah disiapkan sejak tahun 2020 dengan baseline 2019. Tahun 2018, teridentifikasi tujuh dari 17 poin SDGs yang secara langsung dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan.
“Komitmen dan pilar-pilar untuk APRIL2030 didorong oleh tujuh poin itu,” tuturnya.
Ada tujuan jelas yang ingin dicapai dalam 10 tahun ke depan lewat empat pilar dan 18 kunci aksi tadi. “Bahkan dalam pelaksanaannya di internal, kita pecah hingga 80-an internal action plan,” katanya.
“Kami bermitra dengan PwC untuk melakukan evaluasi. Kami menyadari bahwa dari 17 poin SDGs, tidak semua dapat kami lakukan. Oleh karena itu kami fokus pada aspek yang relevan dengan operasional kami.”
“Mengikat” Supplier dengan Prinsip Sustainability dan Mengurangi Emisi dari Produk
Sebagai salah satu pemain besar di industri ini, APRIL telah menetapkan standar tinggi dalam menjaga keberlanjutan dan menjalankan operasionalnya. Dalam upaya untuk tidak hanya mengandalkan bahan baku internal, APRIL menjalankan pola kemitraan yang kuat dengan prinsip-prinsip berkelanjutan.
Prinsip ini melibatkan penerapan komitmen nol deforestasi, yang tidak hanya berlaku untuk konsesi perusahaan, tetapi juga diterapkan pada mitra pemasok dan pasar terbuka.
Sejak bulan Juni 2015, APRIL telah menghentikan pembukaan area hutan baru untuk kebutuhan perkebunan, sejalan dengan komitmen yang dipegang oleh RGE Group — entitas induk perusahaan.
“Komitmen ini mencerminkan kepedulian terhadap lingkungan dan keberlanjutan, mengarah pada upaya pengurangan dampak deforestasi,” ujar Addriyanus.
Menariknya, setiap pemasok yang bekerja sama dengan APRIL harus melalui proses pengujian kelayakan yang ketat. Hal ini menunjukkan tekad perusahaan untuk memastikan bahwa semua mitra dalam rantai pasokannya mematuhi standar lingkungan yang tinggi.
Dengan langkah-langkah ini, APRIL tidak hanya menjaga keberlanjutan operasionalnya sendiri tetapi juga mendorong tanggung jawab lingkungan di seluruh industri. “Setiap pemasok melalui proses pengujian kelayakan yang ketat sebelum bekerja sama dengan kami,” ungkapnya.
Tak hanya terbatas pada pengurangan emisi dari penggunaan lahan, kegiatan operasional juga mengedepankan pengurangan sebesar 25% dari emisi per ton produk, baik dari pulp, kertas maupun rayon.
Caranya dengan fokus pada penggunaan energi yang dapat diperbaharui atau bersifat ramah lingkungan sebesar 90%. Hal ini merupakan salah satu faktor utama dalam upaya mengurangi emisi produk.
Terus Menyasar Bahan Bakar Ramah Lingkungan
Addriyanus menyebut, APRIL telah menjalankan beberapa proyek dalam karbonisasi untuk meningkatkan efisiensi dan mengubah peralatan guna tercapainya target tersebut. Termasuk pemasangan panel surya sebagai sumber energi hijau, serta penggunaan bahan organik lainnya untuk memenuhi kebutuhan energi di lokasi produksi.
Di sisi lain, APRIL telah mencapai 50% penggunaan sumber energi ganda untuk operasional serat. Sebelumnya, hal ini berlaku untuk operasional ringan. Namun kini, telah beralih sepenuhnya ke serat. Termasuk menerapkan panel surya untuk menggantikan generator set.
“Tetapi kami tidak berhenti di situ. Saat ini, APRIL sedang mencari alternatif bahan bakar yang lebih ramah lingkungan,” tuturnya.
Ada beberapa target ambisius dalam pilar lain yang tengah disasar APRIL. Target ini dipercaya akan berkontribusi pada iklim positif, seperti di pertumbuhan berkelanjutan.
Perusahaan berkomitmen untuk mengurangi limbah padat di lahan bekas hingga 80%. Dengan demikian, tidak hanya akan mengurangi konsumsi energi sebanyak 90%, tetapi juga menciptakan potensi untuk menghasilkan energi terbarukan (renewable energy) dari limbah yang sebelumnya dianggap tidak berguna.
Sebagai contoh, PT RAPP — salah satu unit usaha APRIL Group — dalam proses produksi pulp dari kayu akasia dan eukaliptus tidak digunakan seluruhnya. Tapi, lignin yang merupakan produk sampingan dari proses pemutihan, dijadikan sebagai bahan bakar tambahan untuk menghasilkan energi dalam menunjang kegiatan produksi.
“Kami juga memiliki komitmen untuk meningkatkan produktivitas serat sebesar 50 persen dari level saat ini. Saat ini, produktivitas kami adalah 20 ton per hektare per tahun, dan pada tahun 2030, kami menargetkan pencapaian sebesar 30 ton per hektare per tahun.”
Komitmen 1:1 “Dibayar Tunai”
Dalam langkah konkret menuju keberlanjutan dan tanggung jawab lingkungan, perusahaan, APRIL telah memperkuat komitmennya dengan menerapkan komitmen 1:1. Komitmen ini melibatkan tiga aspek utama: perlindungan area hutan, pengembangan ilmu pengetahuan, dan dukungan untuk kehidupan liar, semua dengan tujuan akhir mencapai emisi net zero, dan langsung “dibayar tunai.”
Prinsip 1:1, kata Addriyanus, diartikan sebagai pengalokasian sebesar US$1 setiap 1 ton kayu yang masuk ke pabrik pengolahan pulp. Dana ini diinvestasikan dalam upaya konservasi dan restorasi, sebagai bentuk komitmen kuat dalam menjaga keberlanjutan ekosistem.
Menurutnya, Langkah ini merupakan kelanjutan dari komitmen sebelumnya, di mana setiap 1 hektare perkebunan diimbangi dengan 1 hektare konservasi, untuk tujuan pencapaian target emisi net zero dan dampak positif lainnya terhadap keberlangsungan lingkungan.
Dalam hal ini, perusahaan telah mencatat pencapaian yang mengesankan pada tahun 2023 dengan realisasi sebesar 15,8 juta ton kayu dari target 16 juta ton kayu yang masuk ke pabrik. Artinya, ada sekitar Rp237 juta lebih (kurs dolar Rp15.000). Adapun target di tahun 2024, mencapai lebih dari 17 juta ton. Dengan kata lain, jika target ini tercapai, nilai investasinya sebesar Rp255 juta.
Angka ini menunjukkan besarnya kontribusi finansial perusahaan yang dialokasikan untuk konservasi dan restorasi, dan semakin jelas jika melihat proyeksi ke depan, di mana perusahaan berkomitmen untuk terus meningkatkan targetnya.
“Jumlah ini tentu sangat bergantung pada volume kayu yang masuk ke pabrik. Kami ingin menciptakan dorongan positif untuk terus meningkatkan upaya konservasi seiring dengan bertumbuhnya kegiatan operasional perusahaan. Apalagi, target perusahaan naik terus,” katanya
Addriyanus kemudian menutup sesi pemaparannya dengan mengutip quote sang Chairman, Sukanto Tanoto, bahwa “Bisnis yang baik, adalah bisnis yang baik untuk masyarakat, negara, iklim, customer dan perusahaan sendiri. Hanya karena itu bisnis bisa berkelanjutan.”
Eksekusi Proyek Istimewa
Komitmen untuk mewujudkan hajat APRIL2030 semakin menarik dikupas, setelah perusahaan berani merogoh kocek lebih dalam untuk berinvestasi pada energi hijau. Seperti pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), bus listrik, hingga mendorong karyawan untuk pindah ke sepeda motor listrik.
Bertuahpos.com berkesempatan berkunjung ke landfill, di Riau Kompleks, Pangkalan Kerinci, pada 16 Januari 2024 lalu. Di atas lahan berbukit, ditumbuhi rerumputan hijau seluas 34 hektaree ini, adalah tempat pembuangan limbah padat perusahaan.
Di atas lahan itu, terbentang solar panel yang telah berkontribusi terhadap kebutuhan energi listrik untuk kegiatan operasional perusahaan, dan target sebesar 20 Megawatt (MW) sudah tercapai sebelum tahun 2025. “Nilai Investasinya cukup besar,” kata Tigor Sardison, yang dipercaya sebagai Solar Panel Manager.
Dalam ketentuannya, pemanfaatan landfill baru bisa ditinjau ulang setelah 30 tahun. Namun, karena perlu area yang luas untuk membangun pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS, APRIL mengajukan izin ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Kata Tigor, PLTS ini merupakan nilai tawar menarik dan sejalan dengan tujuan pemerintah untuk penghematan energi dengan pemanfaatan energi ramah lingkungan. Terlebih, APRIL berhasil meyakinkan bahwa komitmen APRIL2030 bukan hajat main-main.
“Setelah dapat izin dari Kemen LHK, landfill ini jadi fungsi ganda, yakni area limbah padat di bagian bawahnya dan PLTS di permukaanya,” ujarnya.
Di tahun 2021, melalui PLTS ini, APRIL berhasil memproduksi 1 Megawatt (MW) energi listrik dengan pemanfaatan sinar matahari. Proyek itu kemudian dilanjutkan dengan penambahan solar panel tahap kedua dan menghasilkan sebesar 10 MW.
Proyek ini kian diperlebar dengan pemasangan panel surya tahap ketiga, di atas bangunan gedung di Riau Kompleks, diperkirakan akan menghasilkan sebesar 24 MW energi listrik. Proses pengerjaanya tengah berjalan dan segera dirampungkan.
Tigor membocorkan, jika dihitung-hitung, nilai investasi yang jumbo tak bisa menjanjikan hasil dalam waktu singkat. Untuk tiga tahap pembangunan PLTS di Riau Kompleks ini diperkirakan menghabiskan duit sebesar US$ 1,8 juta.
Pembangunan PLTS tahap pertama, kata dia, setidaknya menghabiskan dana sebesar US$ 800 ribu. Lalu, tahap kedua memerlukan dana hingga US$ 540 ribu dan US$ 480 ribu untuk tahap ketiga.
Ada yang unik dari proyek ini, dan menjadikannya begitu istimewa. Jika melihat dari kacamata bisnis secara ideal, ini bukan investasi yang menarik. Sebab nilai investasi seharusnya sudah balik modal di tahun kedua. Tapi, proyek PLTS ini diperkirakan butuh waktu hingga tujuh tahun untuk balik modal. Mengapa APRIL melakukannya?
Menurut Tigor, sang owner, Sukanto Tanoto, tak pernah hitung-hitungan soal cost. Jika memang langkah ini ampuh untuk tujuan iklim positif, eksekusi saja. “Chairman kita mikirnya, apa yang bisa diperbuat untuk bangsa ini.” jelasnya.
Pelopor Bus Listrik di Sumatera
Bus listrik memang bukan barang baru di Riau Kompleks. Tahun 2021, PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) beli ada dua bus listrik untuk keperluan operasional karyawan.
Jumlahnya kemudian ditambah sebanyak empat unit tahun 2022. Tercatat hingga Januari 2024, total sudah ada sekitar 18 unit bus listrik, dan perusahaan menargetkan 43 unit di tahun 2025.
Rutenya, antar – jemput karyawan dari mess ke tempat kerja, paling jauh trayek Riau Kompleks (Pangkalan Kerinci) – Pekanbaru tiap akhir pekan.
Selain tak ada getaran dari mesin, bus ini cukup nyaman jika melaju pada kecepatan di bawah 65 kilometer per jam, dan masih tangguh jika dipacu dengan kecepatan 80 kilometer per jam.
Cara ini ternyata menjadikan APRIL sebagai perusahaan pelopor penggunaan bus listrik di Indonesia. RAPP menjadi perusahaan pertama di Sumatera dan nomor dua di Indonesia yang memanfaatkan bus listrik.
“Tapi, kita jadi perusahaan pertama di Indonesia yang mengoperasikan bus listrik terbanyak,” kata Vouke C Kalangi, HRGA Manager RAPP.
Menurut Vouke, inisiatif penggunaan bus listrik ini merupakan bentuk dukungan RAPP terhadap komitmen pemerintah dalam menurunkan emisi karbon. Pentingnya inisiatif ini tidak hanya terbatas pada dampak positif terhadap lingkungan.
Dari hasil uji perbandingan — pemakaian bus konvensional berbahan bakar fosil dengan bus listrik — membuat RAPP menghemat anggaran hingga Rp45 juta per bulan (dengan operasional 10 unit bus listrik) dalam setahun.
Dengan kata lain, saving cost tahun ini (2024) tentu lebih besar, sebab perusahaan akan mengoperasikan sebanyak 18 unit bus listrik.
Voke mengakui, bahwa maintenance-nya tentu saja beda, dan jauh lebih menguntungkan. Misal, untuk bus konvensional wajib diservis berkala, kalau bus listrik, tak perlu.
“Untuk perawatan wajib, paling cuma oli gardan, minyak rem dan kompresor yang harus selalu bersih, itu saja. Keuntungan lainnya, ada garansi mesin selama lima tahun dan garansi baterai delapan tahun,” kata Vouke.
Target Konversi 200 Motor Karyawan Menjadi Listrik
Di Riau Kompleks, Ato Supriadi menjadi pelopor konversi motor listrik. Dia adalah karyawan paling ambisius dalam hal ini. Kini, dia bersama rekan-rekan lain mendirikan komunitas Motor Listrik Riau Kompleks (Kami Rileks).
Salah satu kegiatannya, “meracuni” karyawan lain untuk mengonversikan sepeda motor konvensionalnya, ke listrik.
Konversi kendaraan listrik pertama di Riau Kompleks dilakukan pada 23 November 2023. Ato dan enam rekannya begitu bersemangat ikut serta “menyulap” sepeda motor mereka, bersama dengan tiga mekanik dari Jakarta dan siswa SMKN 5 Pekanbaru.
Ato mengubah sepeda motor matic konvensional miliknya ke motor listrik dengan alasan motor itu sudah tua. Dia menyarankan, sebaiknya motor tua yang dikonversikan.
“Karena sering rusak, kan,” tuturnya. Biaya perawatan yang harus dikeluarkan pastinya lebih besar, belum lagi diikat dengan kebutuhan BBM.
Saat kick off conversion, yang digelar RAPP bersama Kementerian ESDM, ketujuh orang ini dinobatkan sebagai pelopor motor listrik di Riau Kompleks.
Dia tentu bangga atas penobatan itu, dan alasannya cukup sederhana, namun bermakna. “Saya ingin menjadi bagian dalam upaya mengatasi emisi karbon, menjadi bagian dalam pelestarian lingkungan, dan mendukung program perusahaan dan pemerintah,” katanya.
Sejalan dengan apa yang disampaikan Steven Anderson, Project Leader Konversi Sepeda Motor Listrik di RAPP. Menurutnya, lewat program ini, setidaknya para karyawan telah berkontribusi dalam upaya penurunan emisi karbon yang telah digagas oleh Kementerian ESDM dalam mengurangi emisi karbon.
RAPP adalah perusahaan pertama di luar Pulau Jawa yang melaksanakan program konversi motor listrik, mengingat perusahaan ini bergerak di bidang kehutanan. “Sebab itu kami menyambut baik program konversi ini,” tuturnya.
Steven menjelaskan, RAPP tidak mengambil langkah setengah-setengah dalam menjalankan komitmen lingkungan. Perusahaan berencana mengonversi total 200 unit motor karyawannya menjadi motor listrik, dengan tahap awal telah dilaksanakan untuk 10 unit, sementara sisanya akan dilakukan pada tahun 2024.
Program konversi ini telah mendapat subsidi dari pemerintah, di mana 100 unit pertama dapat dikonversikan secara gratis, dan setengah dari biaya ditanggung perusahaan untuk 100 unit berikutnya.
Namun, perubahan ini tidak datang tanpa tantangan. Steven mengungkapkan bahwa ketika menawarkan program ini kepada karyawan, RAPP dihadapkan pada tantangan sarana pendukung. Oleh karena itu, RAPP menciptakan ekosistem motor listrik yang melibatkan peningkatan sumber daya manusia (SDM) bengkel mitra.
Sebagai langkah proaktif, RAPP meningkatkan SDM bengkel mitra melalui pelatihan teknisi dari Pulau Jawa, termasuk melibatkan SMKN 5 Pekanbaru. RAPP memilih untuk mengonversi motor listrik dengan sistem swap baterai, yang dinilai lebih efektif dan efisien.
Untuk mendukung perjalanan jauh, RAPP berkomitmen membangun swap station setiap 30 kilometer. Saat ini, satu swap station telah dibangun di Food Court Riau Kompleks.
Awalnya, perusahaan memberikan layanan penggantian baterai secara gratis hingga akhir 2023. Mulai 2024, tersedia dua opsi tarif, yakni Rp8 ribu per swap atau paket unlimited Rp250 ribu per bulan. “Kami berharap, ini menjadi langkah awal dari kesadaran masyarakat untuk beralih ke kendaraan ramah lingkungan, khususnya di Pangkalan Kerinci,” tuturnya.***