PEKANBARU – Penyakit ngorok di Rohul telah ‘membunuh’ ratusan hewan kerbau. Tercatat ada 340 ekor kerbau di Rokan Hulu terjangkit penyakit itu, sebanyak 88 ekor diantaranya terpaksa harus dipotong dan 26 lainnya mati sia – sia.
Para peternak di Rohul tentu saja mengalami kerugian besar akibat penyakit ngorok ini. Pemerintah setempat menyebut penyebarluasan penyakit ini sangat cepat.
Pemprov Riau bersama dengan dinas terkait di daerah setempat menyatakan akan melakukan investigasi gabungan untuk mengetahui lebih jauh terkait penularan penyakit ini.
“Data yang tercatat di kami saat ini jumlah kerbau yang diserang penyakit Ngorok sejumlah itu. Kami tengah melakukan investasi dengan mendatangi lokasi,” kata Kabid Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Riau, Faralinda Sari di Pekanbaru Senin, 7 November 2022.
Dia menambahkan, dari investigasi itu ditemukan penyakit ngorok telah menjangkiti sejumlah daerah wilayah di Rohul. Diantaranya daerah Rambah dan Bangun Purba.
Dijelaskan, dari hasil investigasi itu juga ditemukan penyebab penyebaran penyakit ngorok. Lebih lanjut dikatakannya, dari hasil investigasi tersebut, berdasarkan pengakuan para peternak mereka tidak ada memasukkan ternak baru dari daerah terpapar.
Karena itu, pihaknya menduga penyebaran penyakit ngorok bisa akibat adanya pergerakan manusia dari daerah terpapar.
“Bisa saja virus tersebut dibawa oleh orang yang datang ke Rohul, seperti kendaraan mereka menginjak virus kemudian terbawa hingga ke Rohul. Karena daerah di Rohul yang terpapar itu merupakan daerah wisata, dan arus lalulintas orangnya cukup tinggi,” ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, masyarakat yang ada di Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) digegerkan dengan ditemukannya adanya hewan ternak jenis kerbau yang mati mendadak. Ratusan kerbau tersebut mati diduga karena terserang penyakit ngorok atau Sepricaemia Epizootica (SE).
“Kami baru dapat laporan hewan ternak mati di Rohul. Penyebabnya sama dengan yang di Kabupaten Kampar, kena SE atau sapi ngorok,” kata Faralinda.***