BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Ketahanan fiskal dan rumitnya perizinan, menjadi masalah paling utama bagi investor sektor Migas untuk berinvestasi di Tanah Air. Pandangan ini diungkapkan oleh Wakil Kepala SKK Migas, Fatar Yani Abdurrahman.
“Kita bisa lihat, kalau senadainya harga minyak naik di USD 85, justru share kontraktornya malah turun,” terangnya dalam wawancara esklusif secara virtual di CNBC Inodesia.
Selain itu, dari sisi perpajakan juga tidak menguntungan bagi investor Migas untuk menanamkan modalnya. “Tapi ini sedang kita garap agar investasi ini memberikan daya tarik. Sebab investor pasti akan melihat apakah return-nya bagus atau tidak,” terangnya.
Kendala lainnya, kata dia, yakni masalah perijinan yang masih sangat rumit untuk iklim investasi di dalam negeri. Sejauh ini, upaya pemerintah untuk mempermudah hal itu, cukup memberikan dampak yang baik bagi investasi.
“Akan tetapi, prosesnya masih lama, dan investor tidak mau. ini yang mendaji catatan bersama, meski sudah ada perbaikan-perbaikan,” terangnya.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyebutkan harga minyak mentah dunia menjadi salah satu faktor penentu keekonomian investasi sektor hulu migas.
Namun sangat disayangkan, di tengah kondisi lonjakan harga yang terjadi saat ini, masih menjadi perhatian investor mengingat potensi ketidakpastian masih terjadi.
Menurut Wakil Kepala SKK Migas, Fatar Yani Abdurrahman persoalan investasi migas Indonesia saat ini terkait aturan fiskal. (bpc2)
Sumber: Wawancara Ekslusif Squawk Box CNBCIndonesia, dikutip pada Senin, 28 Maret 2022.