BERTUAHPOS.COM — Sumber air bersih di jalur Gaza tercemar. Daerah ini pun kini terancam krisis air bersih. Warga tidak mungkin meminum air yang terlalu asin. Mereka juga mencemaskan dampak yang ditimbulkan dari air tersebut. Sebagian warga Gaza harus membeli air minum dari pemasok swasta.
“Rasanya seperti berasal dari laut. Kami tidak bisa menggunakannya untuk minum, memasak, atau bahkan mandi,” kata Falesteen Abdelkarim (36 tahun) dari kamp pengungsi Al-Shati dilansir Aljazirah, Rabu 13 Oktober 2021.
Dia mengatakan selama ini warga punya akses untuk mengonsumsi air bersih lewat kran yang hanya 3 kali seminggu. Bahkan terkadang air itu bercampur dengan limbah, karena infrastruktur yang rusak di kamp-kamp pengungsi.
“Hidup di kamp-kamp pengungsi sangat menyedihkan. Kami selalu membeli air minum dari pedagang kaki lima,” kata Abdelkarim, yang merupakan ibu dari lima anak.
Sebagian besar pedagang air swasta di Gaza menghilangkan garam air dan menjualnya kepada orang-orang di wilayah tersebut. Harga untuk 1000 liter air biasanya rata-rata adalah 30 shekel atau tujuh dolar AS.
Sementara itu, Muhammad Saleem (40 tahun) dari lingkungan Al-Sheikh Redwan di Gaza utara, mengatakan, upaya dia untuk menumbuhkan kebun di rumahnya telah gagal karena airnya terlalu tercemar. Dia mengatakan, air yang tercemar membuat tanamannya menjadi kering dan mati.
“Semua tanaman saya mengering dan mati karena salinitas air yang tinggi dan klorida yang tinggi,” ujar Saleem.
Saleem menambahkan, dia tidak mungkin menggunakan air keran kota untuk minum, memasak, atau kebutuhan lainnya. “Jika tanaman mati karena air ini, bagaimana dengan tubuh manusia?,” ujarnya.
Organisasi hak asasi manusia telah memperingatkan krisis air bersih yang semakin memburuk di Jalur Gaza. Institut Global untuk Air, Lingkungan dan Kesehatan, serta Pemantau Hak Asasi Manusia Euro-Mediterania mengatakan, air di Gaza tidak dapat diminum dan secara perlahan telah meracuni warga.
“Blokade Israel telah menyebabkan kerusakan serius keamanan air di Gaza, dan membuat 97 persen air terkontaminasi. Penduduk dipaksa untuk menyaksikan anak-anak dan orang yang mereka cintai mengalami keracunan,” ujar pernyataan bersama sejumlah organisasi hak asasi manusia seperti dilansir dari ihram.co.id. (bpc2)