BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Belum lama ini, kubu Moeldoko membuat pernyataan agar Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY, maju sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta, untuk uji elektabilitas, dan itu merupakan sebuah kehormatan bagi AHY yang punya pangkat terakhir mayor di dinas kemiliteran.
Salah satu Juru Bicara Kubu Moeldoko, Saiful Huda Ems pun menilai AHY selevel camat karena mundur sebagai prajurit TNI Angkatan Darat (AD) pada September 2016 dengan pangkat terakhir mayor.
Sindiran itu lalu ditanggapi oleh Wakil Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat, Andi Nurpati. “Politik tidak memandang mayor atau jenderal,” ujar Andi Nurpati seperti dikutip dari SINDOnews, Rabu, 7 April 2021.
Konflik di tubuh Partai Demokrat memang belum usai setelah pemerintah tolak kepengurusan partai hasil KLB. Upaya saling serang lewat narasi masih terus saja terjadi antara kedua belah pihak.
Menurut Andi Nurpati, sindiran yang menyamakan AHY selevel camat bertolak belakang dengan pencapaian keberhasilan AHY dalam karir politiknya. Faktanya, kata dia, AHY bisa jadi ketua umum Partai Demokrat melalui mekanisme yang benar dan sah serta diakui oleh negara.
Sedangkan di balik itu, ada oknum jendral yang berambisi merebut posisi AHY sebagai Ketum secara ilegal dan tak konstitusional, “Dan ditolak oleh ditolak pengesahannya oleh pemerintah,” kata Andi Nurpati.
“Presiden Jokowi juga bukan jendral, tapi bisa terpilih jadi wali kota, gubernur, dan presiden. Sebagai anak presiden 10 tahun dan sebelumnya dalam kabinet, tentu AHY dan EBY (Edhie Baskoro Yudhoyono) sudah banyak belajar dari orang tuanya, lingkungannya dan lain-lain, demikian pula halnya Bu Megawati tentu tidak lepas belajar politik dari bapaknya, terasah dari lingkungan keluarga dan lain-lain,” pungkasnya. (bpc2)