BERTUAHPOS.COM — Anak-anak akan sangat rawan menjadi objek eksploitasi karena memang kondisi pandemi corona diyakini akan memaksa orang tua melakukan hal itu. Sejak awal, inilah yang ditakutkan oleh Organisasi Buruh Internasional (ILO).
Semasa awal ILO sudah memperingatkan banyak pihak atas kekhawatiran itu, bahwa COVID-19 besar kemungkinan akan menambah jumlah anak-anak yang terpaksa bekerja, sering kali terlibat dalam kegiatan yang membahayakan kesehatan.
BBC menuliskan, dalam laporan yang terbit pada 12 Juni 2020 — bertepatan dengan Hari Anti-Buruh Anak se-Dunia — ILO memaparkan persoalan finansial keluarga yang diakibatkan corona sangat mungkin melemahkan upaya perlindungan anak melalui penyusunan perundangan-undangan.
Padahal, perlindungan undang-undang ini sangat krusial untuk memastikan anak-anak bisa menikmati masa kanak-kanak mereka, mengembangkan potensi diri dan terbebas dari hal-hal yang mengganggu perkembangan fisik dan mental.
“Itulah yang kami khawatirkan. Banyak negara tak memberi perhatian dalam legislasi dan menghapus kebijakan-kebijakan perlindungan dan memastikan anak tidak dipaksa bekerja. Jikalaulah ini benar-benar terjadi, itu sebuah perkembangan yang tak bisa kami terima. Krisis yang diakibatkan oleh COVID-19 memang bukan alasan untuk kita bersikap mundur atas apa yang telah kita capai sebelumnya,” kata Benjamin Smith, pakar buruh anak di ILO kepada BBC.
Data teranyar dirilis ILO menyebut ada sekitar 152 juta anak dengan usia antara lima dan 17 tahun yang dipaksa bekerja. Dikira setengahnya bekerja dalam kondisi yang mengancam keselamatan fisik dan membahayakan kesehatan.
Kondisi tersebut sebagian besar terjadi di Afrika. 1 dari 5 anak merupakan bagian dari angkatan kerja, menurut estimasi pada 2016. ILO, tak ingin COVID-19 semakin memperburuk kondisi tersebut. (bpc3)