BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Zaman dahulu, tinggallah seorang pemuda baik hati di suatu negeri di tepi Sungai Kuantan. Pemuda tersebut bernama Sawang.
Sawang adalah pemuda yang berhati lembut dan berbudi pekerti baik. Hanya saja, nasibnya tak begitu baik. Dia bukan lahir dari keluarga kaya. Sawang tinggal berdua dengan ibunya yang sudah menua.
Suatu hari, Sawang jatuh cinta kepada puteri saudagar terkaya di kampungnya. Namun, lamarannya ditolak karena dia miskin, dan tak pantas bersanding dengan puteri saudagar tersebut.
Baca: Lembutnya Pisang Santan Es Krim di Pondok Sup Fina
Sawang merasa sedih. Untuk menghilangkan kesedihannya, Sawang pergi memancing ke sungai Kuantan. Sawang memancing di sebuah lubuk (bagian sungai yang lebih dalam dari bagian lain). Namun, tak ada satupun ikan yang menyambar kailnya hari itu.
Karena tak ada ikan yang menyambar kailnya, Sawang berniat pulang saja. Akan tetapi, kailnya tersangkut di dalam lubuk sungai. Sawang pun menyelam untuk melepaskan sangkutan kailnya.
Saat menyelam itulah, Sawang melihat ada gua di lubuk tersebut. Sawang masuk ke dalam gua tersebut, yang ternyata sangat panjang dan kering.
Karena penasaran, Sawang terus menelusuri gua tersebut. Apalagi, dalam gua tersebut banyak batu-batu besar yang aneh.
Setelah berapa lama berjalan, Sawang akhirnya melihat ujung gua. Dia kemudian keluar, dan ternyata ujung gua tersebut berada di pinggir suatu negeri.
Orang-orang negeri tersebut keheranan melihat ada pemuda yang tiba-tiba muncul dari dalam tanah. Mereka kemudian membawa Sawang ke istana raja. Saat di istana, Sawang baru menyadari ternyata dia berada di negeri asing. Negeri tersebut bernama Jambi.
Raja Jambi yang merasa takjub dengan cerita Sawang kemudian memberikan gelar kebangsawanan kepadanya. Sawang juga diberikan keris sebagai tanda kebangsawannnya.
Dengan bekal dari Raja Jambi, Sawang kembali masuk ke gua untuk kembali ke kampungnya. Ditengah perjalanan, dia tersandung sebuah batu. Setelah diamati, batu tersebut ternyata berbentuk bulat, sehingga cocok untuk dijadikan penggiling cabe. Sawang kemudian membawa batu tersebut sebagai oleh-oleh untuk ibunya.
Di kampungnya, ibu Sawang terus menangis di lubuk tempat Sawang mengail. Rupanya, ada orang kampung melihat Sawang terjun ke dalam lubuk, dan menganggap Sawang bunuh diri karena cintanya ditolak.
Maka, terkejutlah ibu dan orang kampung saat Sawang tiba-tiba muncul dari dalam lubuk. Mereka keheranan karena Sawang sudah menyelam selama berhari-hari dan dianggap sudah mati.
Sawang pun menceritakan pengalamannya sampai ke negeri Jambi, yang membuat semua orang takjub. Mereka semakin takjub saat Sawang memberikan oleh-oleh batu giling kepada ibunya. Batu tersebut ternyata bukan batu, melainkan emas.
Dengan emas dan gelar bangsawan dari Raja Jambi, Sawang segera menjadi orang kaya dikampungnya. Dia kemudian kembali melamar puteri saudagar kaya. Kali ini, saudagar kaya tersebut tak lagi mempunyai alasan untuk menolak.
Orang-orang kemudian memberikan mengubah nama daerah tersebut menjadi Lubuk Jambi. Zaman sekarang, Lubuk Jambi adalah ibukota dari Kecamatan Kuantan Mudik, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau. (bpc2)