BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – BMKG memperkirakan puncak musim kemarau terjadi pada bulan Agustus-September. Puncak musim kemarau tahun ini bervariasi, atau tidak segaram untuk disetiap wilayah di Indonesia.
Menurut, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau, Edwar Sanger, penanganan Karhutla di Provinsi Riau tak mengenal musim kemarau ataupun musim hujan. Dia mengklaim upaya penanganan bencana ini berkelanjutan sepanjang tahun.
“Bukan dalam artian mengabaikan prediksi dari pihak BMKG, tapi lebih kepada meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana Karhutla, kalau di Riau kondisinya seperti itu,” katanya kepada bertuahpos.com, Jumat, 19 Jui 2019 di Pekanbaru.
Dia menuturkan, tatkala musim hujan, tim satgas dan semua pihak termasuk masyarakat akan melakukan upaya pencegahan dengan sosialisasi kepada masyarakat agar tidak membuka lahan dengan cara membakar.Â
Sedangkan jika sudah masuk pada musim kemarau penanganan Karhuta, dilakukan secara aktif dengan patroli terpadu dan aktivitas pemadaman api.
“Untuk situasi seperti ini memang kita harus banyak berdoa. Tinggi lah Allah dari pada prediksi manusia. Saya setiap tahajud selalu meminta kondisi yang terkendali. Kita manusia ini hanya berencana. Buktinya setelah beberapa minggu panas, awal pekan kemarin hujan lebat. BMKG juga bilang kesaya, sekarang ini cuaca sangat sulit untuk diprediksi,” kata Edwar.
Edwar sebut, situasi seperti ini sudah menjadi rutinitas tahunan, oleh sebab itu sudah bisa diperkirakan langkah antisipasi seperti apa yang akan dilakukan.Â
Saat ini memang masih ada beberapa hotspot muncul. Petugas di lapangan selalu melakukan pengecekan lokasi jika laporan titip apin muncul dari BMKG Stasiun Pekanbaru.
Untuk diketahui, Provinsi Riau merupakan provinsi kedua terbanyak yang menyumbang titik panas (hotspot) untuk wilayah Sumatera hari ini, Jumat, 19 Juli 2019, setelah Provinsi Sumatera Selatan (sumsel) yang terdeteksi sebanyak 14 titik hotspot.
Berdasarkan informasi update pantauan hotspot yang dikeluarkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, pada pukul 06.00 WIB tadi pagi.
Kasi Data dan Informasi BMKG Stasiun Pekanbaru, Marzuki menjelaskan, di Provinsi Riau terdeteksi sebanyak 5 hotspot dengan tingkat kepercayaan di atas 50%. Hotspot ini tersebar di beberapa wilayah di Riau, diantaranya Bengkalis terdapat 3 titik, kemudian Rohil dan Pelalawan dengan masing-masing diantaranya terdeteksi kemunculan 1 titik panas alias hotspot.
“Untuk hotspot dengan tingkat kepercayaan di atas 70% di Riau terdapat di dua daerah, yakni Bengkalis dan Pelalawan. Dengan masing-masing daerah itu menyumbang 1 titik panas,” ungkapnya.
Di Sumatera hari ini terdeteksi sebanyak 26 titik panas muncul. Provinsi Sumsel merupakan provinsi terbanyak menyumbang hotspot dengan jumlah 14 titik. Barulah disusul Provinsi Riau dengan jumlah 5 titik.Â
Selanjutnya ada Provinsi Bengkulu dengan jumlah hotspot terdeteksi satelit sebanyak 3 titik. Kemudian Provinsi Jambi 2 titik. Sedangkan Provinsi Lampung dan Sumatera Utara (Sumut) terdeteksi kemunculan hotspot masing-masing 1 titik. Keseluruhannya itu berada pada tingkat kepercayaan di atas 50%. (bpc3)