BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Bicara sawit tidak hanya bicara soal keuntungan ekonomi. Ekspansi perkebunan kelapa sawit dinilai telah menibulkan banyak masalah. Seperti; konflik, masalah adat, agraria, Karhutla hingga pupuk beracun yang mengancam ekosistem.
Pada kurun waktu 5 tahun (2001-2016), pelebaran area perkebunan kelapa sawit di Tanah Air berkontribusi terhadap deforestasi hingga mencapai 23%. Angka ini jauh lebih besar dari deforestasi hutan industri perkayuan dan pertanian skala kecil yang hanya ikut menyumbang deforestasi sebesar 14% dan 15%.
Selain masalah deforestasi, masyarakat yang sejak dahulu kala telah menggantungkan hidup pada hutan adat juga dihadapkan dengan masalah baru, dengan adanya perluasan perkebunan kelapa sawit. Ada sebanyak 211 wilayah, yang komunitas adatnya tumpang tindih dengan HGU dalam kurun waktu 2015-2018.
Perluasan perkebunan kelapa sawit juga memicu konflik agraria. Pada tahun 2018, sawit berkontribusi sebesar 83 kasus konflik dari 144 kasus di sektor perkebunan, atau 60% konflik itu terjadi di perkebunan kelapa sawit, sebagaimana dari data yang dikeluarkan oleh Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA).
Perkebunan kelapa sawit juga punya andil atas penurunan kualitas udara karena kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang kerap dikaitkan dengan aktivitas pembukaan lahan.
Dalam kurun Januari hingga Agustus 2018, sebanyak 765 titik api berada di wilayah konsesi kehutanan dan perkebunan. Selain itu, semakin maraknya perkebunan kelapa sawit berarti juga semakin banyaknya penggunaan pupuk yang membahayakan ekosistem.
Beberapa pupuk berbahaya ekstrim dan berbahaya tinggi masih banyak digunakan. Padahal berbagai macam pupuk kimia tersebut sangat beracun bagi ikan, burung, maupun binatang liar yang hidup di sekitar perkebunan kelapa sawit. (red/bpc3)
Sumber data: infografis katadata.co.id dengan judul Ironi di Balik Ekspansi Perkebunan Kelapa Sawit. Data pendukung: KPA, AMAN, MADANI, WALHI