BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Maret 2018, Riau digegerakan dengan penemuan cacing dalam produk makanan kaleng, yakni sarden ikan Mackerel.
Terkuaknya cacing dalam sarden ini berawal dari adanya laporan ke Dinas Kesehatan (Diskes) Kabupaten Meranti. Suarat tersebut berisi tentang kronologis penemuan cacingnya. Setelah ditelusuri, ternyata bukan hanya Meranti, Diskes Kabupaten Inhil pun menerima surat yang sama.
Dengan adanya laporan tersebut, Diskes Riau langsung melakukan koordinasi untuk memeriksa kebenarannya. Hal ini disampaikan Kadiskes Riau, Mimi Yuliani Nazir. “Saya sudah koordinasi dengan Kepala BBPOM masih dalam proses pengujian,” kata Mimi.
Awalnya cacing yang terdapat di dalam sarden tersebut adalan cacing pita. Namun setelah dilakukan pengujian, Kepala BBPOM Riau Mohammad Kashuri mengatakan bahwa cacing yang diterdapat dalam sarden tersebut adalah cacing Anisakis SP. “Bukan cacing pita, tapi kemungkinan cacing Anisakis sp,” ujarnya.
Dilansir bertuahpos.com dari Foodfast, Cacing Anisakis SP merupakan salah satu cacing berbahaya.Â
Aniskasis dapat menginfeksi salmon, herring, cod, makerel, cumi-cumi, halibut dan kakap merah. Hal itu terutama terjadi di Jepang karena seringnya mereka mengonsumsi ikan mentah,” ujar dokter Joana Carmo dalam situs tersebut.
Dari hasil pengujian yang dilakukan, pada tanggal 21 Maret 2018, BBPOM menetapkan tiga jenis sarden ikan mackerel yang terdeteksi mengandung cacing anisakis sp, yaitu IO, Farmerjack dan HOKI.Â
Setelah penetapan, sore di hari yang sama Pemerintah Kota Pekanbaru langsung menggelar sidak di beberapa pasardi Koata Pekanbaru. Dari hasil sidak, salah satu jenis sarden yang terdeteksi ternyata masih dijual di beberapa toko yang terdapat di pasar tradisional, seperti di Pasar Pusat Kota Pekanbaru.
Dengan penetapan tersebut, Pemerintah Kota Pekanbaru mengatakan sudah melayangkan surat kepada importir ketiga sarden tersebut. Hal ini disampaikan langsung oleh Asisten ll Pemerintah Kota Pekanbaru El Syabrina saat menggelar sidak sore itu. “Sudah kita suratin Importir yang memasarkan produk-produk mereka yang diduga mengandung cacing seperti yang diperbincangkan,” ujar Syabrina.
Ternyata tidak hanya di Riau, sarden bercacing juga ditemukan di beberapa daera lain, seperti Provinsi Sumatera Barat dan Jambi. Di daerah tesebut, BPOM menemukan sarden yang terindikasi mengandung cacing dalam jumlah besar. “Dari hasil penelusuran kami, kami menyita sebanyak 62.191 kaleng yang terindikasi tercemar cacing,” kata Kepala BPOM Provinsi Jambi, Ujang Supriatna, Sabtu 24 Maret 2018 seperti dilansir dari okezone.com.
Setelah dilakukan pengujian terhadap 541 sampel dari 66 produk sarden di seluruh Indonesia, BPOM mendapatkan penemuan yang mengejutkan. pada 28 Maret 2018, BPOM menarik 27 produk sarden ikan mackerel yang dinyatakan positif mengandung cacing anisakis sp. 16 produk impor, dan 11 diantaranya merupakan produk dalam negeri.
Kepala BPOM Indonesia, Penny Lukito mengatakan faktor musim dicurigai sebagai penyebab produk sarden mengandung cacing. “Ada indikasi bahwa ikan mackerel tersebut berkumpul di perairan yang banyak cacing parasit. Cacing parasit tersebut kemudian menjadikan ikan mackerel tersebut sebagai inang,” jelasnya, Rabu 28 Maret 2018 sebagaimana dikutip dari CNN Indonesia.
Akibatnya, sebanyak 26 perusahaan pengalengan ikan pun terpaksa harus merumahkan sejumlah karyawannya. Hal ini dikatakan Ketua Harian Asosiasi Pengalengan Ikan Indonesia (APIKI) Ady Surya.
“Pekerja itu hanya dirumahkan saja. Nanti kalau sudah ada ikan mereka bekerja lagi. Tapi yang jelas bisa dikira-kira, setiap satu perusahaan memiliki sekitar 500 sampai dengan 3.000 pekerja yang harus dirumahkan,” kata Ady. (bpc11)