BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU– Siapa kira belasan tahun silam, Syafruddin juga pernah menjadi marketing biasa di PT Federal International Finance ( FIF). Berkat perjuangan dan usaha pantang menyerah, ayah dua orang putra ini kini menjabat sebagai Branch Manager FIF Group Pekanbaru yang merupakan salah satu cabang kategori big.
Kepada bertuahpos.com, Syafruddin menceritakan awal karirnya tidaklah mudah. Berbagai rintangan serta ragam nasabah mesti ia lewati. “Berkat kemauan dan dukungan keluarga saya bisa lewati rintangan,” ujarnya di ruang kerja.
Bagi Syafruddin posisinya saat ini hanyalah buah dari kerja keras dan pantang menyerahnya selama ini. “Ini hanya bonus dari usaha keras. Saya ingat pesan orangtua saya, amanah harus dijaga,” tuturnya.
Diceritakan Syafruddin setelah lulus dari Akutansi Ekonomi Universitas Riau (UR), pada 1998 dirinya langsung mendaftar ke FIF. Di tempatkan sebagai marketting Cabang Pekanbaru. “Jadi sudah merintis dari awal. Dan saya melihat peluang karir di sini terbuka lebar, makanya bertahan. Walau ada tawaran di tempat lain dengan jabatan lebih tinggi,” sebutnya.
Selain itu FIF Group terus tumbuh menjadi lebih besar dengan aneka program yang inovatif. “Terbukti pilihan saya tidak salah, FIF tumbuh terus jadi perusahaan besar,” sebutnya.
Orangtua Syafruddin pula tidak memaksa kehendak anaknya mesti menjadi pegawai negeri seperti kebanyakan orang. “Orangtua saya menyerahkan kepada saya, yang penting pilih mana yang terbaik buat diri saya. Selain itu pesan yang saya pegang sampai hari ini yaitu jujur dan jaga amanah,” katanya.
Kepada kru bertuahpos.com, Syafuddin membuka rahasia sukses dalam 18 tahun karirnya di FIF Group. “Harus ada kemauan, itu terpenting. Karena walau bagaimana pun dipaksa tapi tidak mau tetap saja tidak akan bisa. Selain itu saya berprinsip dimana saya bekerja disitu berikan yang terbaik,” sebutnya.
Sama seperti awal karirnya dulu. Banyak orang yang menghindari kerjaan marketing. “Padahal marketing tidak bisa dipandang sebelah mata. Apalagi bagi leasing tentu sangat penting, merupakan urat nadi. Dan peluang meningkatkan karir lebih luas,” katanya.
Syafruddin juga punya kenangan yang tak terlupa selama karirnya. “Bicara kenangan terindah saat saya berada di Aceh pada 2005 lalu,” tuturnya.
Dikatakannya saat itu Aceh pasca terkena musibah Tsunami dahsyat. Sehingga perekonomian masih belum berjalan seperti biasa. Namun Syafruddin ditugaskan harus membuka cabang FIF di Serambi Mekkah yang masih berduka dengan market apa adanya.
Awalnya terbersit rasa takut, terutama apakah dirinya apakah mampu mengemban posisi Kepala Cabang (Kacab) di Aceh. Lalu masih adanya kabar Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Lalu dirinya meminta saran ke orang tua serta keluarga. “Mereka bilang berangkat, saya berangkat. Itu yang menguatkan saya. Dan selama tiga tahun di Aceh saya berhasil buka tiga cabang,” katanya.
Kata Syafruddin tidak ada resep khusus, dirinya bisa survive dan mengembangkan bisnis di Aceh waktu itu. “Mau saja itu kuncinya. Di saat yang lain berfikir ngapain ke sana ternyata kita punya pandangan berbeda, kenapa tidak ke sana. Dan kenyataannya kita bisa tumbuh di Aceh,” tuturnya.
Bagi Syafruddin apa pun pekerjaan kita, maka berikan yang terbaik. Jika ada yang meragukan kita, maka tunjukkan dengan prestasi. “Tidak perlu muluk-muluk berikan yang terbaik dan berprestasi,” pesannya.
Penulis: Riki