BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Lebih dari 20 tahun merintis usahanya, Lani Snacks yang beralamat di Jalan H Siti Nisab, No 5 Pekanbaru, telah sukses membuktikan bahwa usaha keripik singkong dan kentang memiliki peluang pasar yang sangat luas.
Produk mereka tidak hanya diterima secara lokal dan regional, tetapi kini berhasil mengambil pasar nasional dan internasional.
Direktur CV Leni Snack Indo Jaya, Adi Sumanto, menceritakan bahwa awal perjalanan usaha ini bermula dari inisiatif orang tuanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga di tengah kondisi ekonomi yang sulit.
“Waktu itu, orang tua saya berkeinginan untuk membuat satu produk yang mudah produksinya, mudah dipasarkan dan harganya ramah di kantong. Akhirnya, hadirnya keripik singkong,” katanya.
Kala itu, produk keripik yang dibuat sangat sederhana. Dikemas dalam plastik bening, dan dijual melalui gerai sate, miso, dan lainnya.
Pengembangan Usaha
Empat tahun berlalu, Leni, saudara perempuannya, mengambil inisiatif untuk untuk mengembangan usaha keripik singkong sang ibu.
Dia punya keinginan agar produk keripik singkong ini bisa masuk ke pasar lebih luas, terutama supermarket.
“Minimal di swalayan lokal lah. Dari sana, mulailah kakak saya (Leni) mengurus izin usaha dan dokumen pendukung lainnya, sehingga hadirlah nama Leni Snacks,” katanya.
“Dari 2006-2010 produk kita sudah masuk di semua supermarket besar di Pekanbaru,” katanya.
Setelah menyelesaikan pendidikan sarjana, Adi bergabung pada tahun 2017 untuk mendukung pengembangan usaha keluarganya.
Meskipun Leni Snacks telah sukses menguasai pasar lokal di Pekanbaru, Adi merasa belum puas dengan pencapaian yang ada pada saat itu.
Pembaharuan Kemasan & Kuasi Pasar
Di suatu ketika, Leni Snacks ikut dalam sebuah pameran di Jakarta. Kala itu, produknya masih dengan kemasan plastik bening.
Selama pameran berlangsung hampir tak satupun ada pengunjung tertarik dengan keripik yang ditawarkannya.
“Saya bahkan tawarin sampai ke depan muka mereka. Kita suruh mereka coba, kita beri sampel, bahkan kita jual rugi saat itu, yang penting orang tahu dulu dengan produk kita. Di situlah kita mikir, kalau produk kemasannya kurang menarik,” ujarnya.
Berangkat dari pengalaman tersebut, Adi meyakini perlu dilakukannya perubahan dari segi kemasan produk agar usaha keripik singkong dan kentangnya jadi lebih menarik.
Beruntung, saat keripik Leni Snacks telah hadir dengan kemasan baru, dia dihubungi oleh pihak Hypermart, berhubung mereka ada program untuk UMKM.
Adi kemudian mempresentasikan produknya kepada manajemen Hypermart Jakarta yang langsung turun ke Pekanbaru kala itu.
“Ternyata sambutan mereka bagus. Di situlah mulai terbuka jalannya. Setelah itu, Leni Snacks mulai dikenal, dan kami bisa diterima di pasar nasional,” katanya.
Upaya yang dilakukan Adi tidak berhenti di situ, dia juga memanfaatkan jaringan teman kuliahnya di Jakarta untuk menjalin kerjasama sebagai distributor Leni Snack.
Kerjasama ini berhasil dan menarik perhatian distributor lain. Setahun setelahnya, 2018, produk keripik Leni Snacks merambah ke pasar Jabodetabek, Medan, dan Batam.
Tahun 2019 ekspansi diperluas ke pasar di Jambi dan Palembang, dilanjutkan ke Kalimantan pada 2020, menyusul ke Jawa Barat pada 2021.
“Tahun 2023, Leni Snacks telah berhasil memasuki pasar Surabaya, dan saat ini tengah menjajaki potensi pasar di Bali melalui distributor di Surabaya,” sambungnya.
Produk keripik Leni Snacks saat ini sudah banyak memenuhi rak di supermarket besar di kota-kota besar di Indonesia, Farmers Plaza, Lion Superindo, Hypermart, Foodmart, Hero Supermarket, Market City dan lain-lain.
Terkini, Leni Snacks tengah menjalin kerjasama dengan brand ternama KKV untuk pemasaran produknya.
Menembus Pasar Amerika Serikat
Setelah produknya kian dikenal, peluang pasar semakin terbuka lebar.
Lewat bantuan distributor di Jakarta, Leni Snack berhasil menjalin kerja sama dengan eksportir untuk mengirimkan produknya ke Amerika Serikat.
Setiap bulan, setidaknya 100 kotak atau 1.000 pcs produk dikirim ke Negara Paman Sam.
“Kalau untuk pasar Amerika memang tidak untuk bule, karena seleranya tidak masuk. Mereka nggak suka pedas,” katanya.
“Produk yang kita kirim 1.000 pcs itu untuk orang asia di Amerika,” jelasnya.
Terus Berinovasi
Adi mengungkapkan, awalnya fokus produk Leni Snacks hanya pada keripik singkong.
Singkong dipilih karena bahan bakunya murah, mudah didapat, dan proses pembuatannya tidak sulit. Lalu dikombinasikan dengan bumbu racikan orang tuanya, dan berhasil diterima di pasar Sumatera.
Seiring berjalannya waktu, Leni Snacks mengembangkan produk serupa tapi dengan bahan baku berbeda, yakni kentang. Mengingat proses produksinya hampir sama.
Meski peminat keripik kentang di Sumatera tergolong rendah, tapi disambut baik di pasar Jawa dan Kalimantan. “Saat ini, kedua jenis produk inilah yang jadi unggulan Leni Snacks,” tutur Adi.
Pola Kemitraan untuk Ketersediaan Bahan Baku
Untuk menjaga suplai bahan baku, usaha keripik singkong dan kentang Leni Snack membangun pola kemitraan dengan petani.
Keputusan ini muncul dari pengalaman ketika pasokan singkong pernah mengalami keterbatasan, bahkan sempat langka di Pekanbaru.
Dalam mengatasi masalah ini, kata Adi, mereka berhasil menemukan supplier tetap dengan membina para petani sebagai mitra.
Menurut Adi, cara diharapkan turut berperan dalam meningkatkan ekonomi para petani singkong di Pekanbaru, meskipun jumlah petani yang bermitra masih terbatas.
Faktor ini menekankan pentingnya peran proaktif UMKM dalam mengembangkan usahanya guna menjaga stabilitasnya.
“Bahkan, kami memberikan uang muka terlebih dahulu kepada mereka, dan hasil panennya kami ambil semua. Kami harap dengan pola ini, turut menunjang perekonomian petani, khususnya di Pekanbaru,” ungkapnya.
Meskipun skala pola kemitraan masih terbatas, Leni Snack mewajibkan para petani menanam jenis singkong jenis tertentu, seperti jenis singkong roti dan singkong Thailand. Dengan cara ini, suplai bahan baku dipastikan selalu tersedia.
Sedangkan untuk bahan baku kentang, Leni Snacks mengandalkan kentang lokal dari Bukittinggi yang tersedia di pasar induk Pekanbaru.
Setiap bulan, Leni Snack membutuhkan 10-12 ton singkong dan 4-6 ton kentang. Dalam sehari, mereka mampu memproduksi 1.000-1.500 pcs, atau sekitar 25 ribu pcs keripik dalam satu bulan.
“Itupun belum maksimal untuk produksi kita. Kalau nanti ada buyer baru, pastinya kami juga akan memperluas kemitraan dengan petani,” ujar Adi.
Tak Berhenti Belajar
Selain itu, Adi memperoleh banyak pelajaran berharga dalam pengembangan usahanya saat dia diikutkan dalam dalam pelatihan Industri Kreatif Syariah Indonesia (IKRA) pada tahun 2022.
Dalam kegiatan tersebut, kata Adi, kurator nasional diundang untuk memberikan pencerahan terhadap UMKM. Untuk bisa ikut di IKRA, pelaku usaha harus melewati tahapan seleksi yang ketat.
Adi menyebut, perubahan positif dirasakan, terutama dalam literasi keuangan. Selain itu, ada dorongan untuk meningkatkan kemasan produk dan menjadikan produk Leni Snacks menjadi pilihan makanan sehat,
“Karena memang produk kita tidak mengandung MSG. Ini menjadi poin yang paling ditekankan untuk menghasilkan produk dengan kualitas premium dan berorientasi pada makanan sehat. Hal ini menjadi keuntungan besar bagi UMKM yang ingin menjelajahi pasar ekspor, mengingat konsumen internasional sangat memperhatikan produk yang sehat,” katanya.
“Artinya tidak sekedar halal, tapi sebaiknya yang harus juga ditonjolkan. jadi produk healthy food sangat digemari di pasar Eropa. Kalau kita baru bisa masuk di Amerika,” katanya.
Terkait dengan situasi perlambatan ekonomi saat ini, kata Adi, turut berdampak terhadap penurunan omzet. Di tahun 2022, rata-rata omzet per bulan berkisar di angka ratusan juta rupiah.
“Laporan yang kami terima dari distributor juga memang ada penurunan daya beli masyarakat di awal semester II/2023. Namun, di bulan ini sudah mulai meningkat cukup signifikan,” katanya.
Pionir di Pasar Digital
Sejak tahun 2017 hingga kini, produk Leni Snacks sudah aktif di pasar digital melalui platform e-commerce seperti Tokopedia, Shopee, Lazada, dan Blibli.
Beruntungnya, produk Leni Snacks turut merasakan perkembangan pesat saat e-commerce itu kini booming.
Hanya saja, kata Adi, mereka sedikit terlambat masuk ke konten live sosial media, namun sekarang sudah mulai dijajaki. Menurutnya, pasar digital berkontribusi sekitar 10 persen dari total omzet.
“Kami menyadari porsi ini masih sangat kecil. Kami akan terus mengeksplorasi potensi pasar digital ke depannya,” ujarnya.
Satu hal yang paling penting dalam pengembanga bisnis, khususnya untuk skala UMKM adalah manajemen keuangan.
“Selama ini, banyak UMKM kita yang masih mencampurkan keuangan pribadi dengan keuangan usahanya.Itu nggak boleh, harus dipisah,” tuturnya.***