BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Kehadiran PT Bank Syariah Indonesia Tbk, diyakini sebagai salah satu instrumen penting yang tidak hanya menstimulus, tapi akan mempercepat pertumbuhan ekonomi syariah di Tanah Air.
Perbankan berbasis syariah ini akan mendorong pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah [UMKM] serta masyarakat di daerah agar lebih mengenal dan menggunakan layanan keuangan syariah.
Dengan pemanfaatan teknologi warisan tiga bank syariah yang merger, Bank Syariah Indonesia akan menjadi katalis pertumbuhan sektor ekonomi dan keuangan syariah.
Menurut Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso dalam kegiatan Sharia Business & Academic Sinergy, selama ini daya saing dan ragam produk keuangan syariah di Indonesia masih rendah.
“Oleh karena itu, akses serta pengetahuan masyarakat mengenai keuangan syariah masih terbatas,” katanya melalui keterangan resmi yang dikeluarkan, Jumat, 1 Januari 2021.
Dia menambahkan, kehadiran Bank Syariah Indonesia dipercaya bisa mengikis masalah tersebut dan berujung pada terciptanya kemaslahatan bagi masyarakat.
Menurut Wimboh, potensi pertumbuhan ada di daerah yang mana sebagian besar merupakan umat muslim.
“Ini ruang untuk tumbuh besar, sehingga kita harus memiliki lembaga keuangan dan perbankan yang bisa mengakses ke daerah dengan teknologi,” ungkapnya.
“Kami menyambut baik rencana pemerintah lewat penggabungan Bank BUMN. Ini akan menjadi katalis perkembangan syariah di Indonesia,” terangnya.
Menurutnya, selama ini masyarakat kesulitan mendapat produk dan jasa keuangan syariah karena masalah jarak dan akses. Kehadiran Bank Syariah Indonesia yang bermodal besar bisa meniadakan masalah ini ke depannya.
Wimboh menegaskan pengembangan ekonomi dan keuangan syariah juga harus menjawab kondisi rendahnya literasi syariah nasional.
Saat ini indeks literasi syariah nasional masih berada di angka 8,93%, jauh di bawah tingkat literasi masyarakat atas keuangan konvensional yakni 37,72%.
OJK berharap Bank Syariah Indonesia bisa melakukan penetrasi ke segmen UMKM di daerah dengan dibantu teknologi.
Di samping itu, masyarakat literasi keuangan masih rendah, terlebih literasi keuangan syariah yang hanya 8,93 perse dibanding konvensional 37,72%.
“Ini tantangan kita. Kalau tidak, maka mereka tidak paham aksesnya, penggunaan teknologinya, mengenali risiko tidak bisa. Kami sambut baik literasi ini sangat penting terutama di daerah,” paparnya. (bpc2)