BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Larangan ekspor refined, bleabched, deodorized [RBD] Palm Olein untuk bahan baku minyak goreng tak akan mempengaruhi konsumsi Tandan Buah Segar [TBS]. Ekspor RBD tergolong kecil dibandingkan dengan turunan kelapa sawit lainnya.
Ketua Umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia [Apkasindo] Gulat Medali Emas Manurung mengungkapkan, data 2021 menunjukkan bahwa ekspor RBD Palm Olein hanya 14,1 juta kiloliter atau setara 63 persen dari total produksi RBD palm olein yang sebesar 22,4 juta kiloliter.
Jika dibandingkan dengan total ekspor komoditas turunan kelapa sawit secara keseluruhan, pengiriman RBD ke luar negeri hanya 7,5 persen. Mengacu pada data ini, Gulat memastikan serapan TBS petani semestinya tidak akan terganggu.
Apalagi TBS dapat dikonversi ke bahan baku produk kelapa sawit lainnya. Misalnya, oleokimia, biodiesel, refined palm kernel oil [PKO], crude PKO, dan crude palm oil [CPO].
“TBS itu bahan baku untuk banyak produk. Satu dilarang, misalnya ada 12 [produk], maka yang satu ini [RBD] bisa berpindah ke 11 lainnya,” kata Gulat.
Selama empat hari sejak 23 hingga 26 April 2022, simpang siur larangan ekspor bahan baku minyak goreng kelapa sawit sempat membuat harga TBS di level petani anjlok hingga Rp1.500-1.850 per kilogram. Petani merugi sampai Rp11,7 triliun.
Namun sejak pemerintah memberikan ketegasan mengenai moratorium ekspor RBD palm olein, Gulat mengatakan harga TBS berangsur membaik.***