BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Ada banyak modus yang dilakukan para Gelandangan dan Pemgemis (Gepeng) jalanan supaya dikasihani, dan mendapat uang dari belas kasihan masyarakat.
Misalnya, seorang ibu paruh baya yang nongkrong di bawah fly over pertigaan Jalan Tuanku Tanbusai-Sudirman di Kota Pekanbaru, Riau, Kamis (4/5/2017). Dia menggendong seorang balita dengan kain. Dia mendatangi setiap mobil yang berhenti di lampu merah itu dan menadahkan tangan.
“Assalamualaikum…” Itu lah kalimat yang muncul dari bibirnya dari balik kaca mobil yang berhenti saat lampu merah. Kocek yang mereka kumpulkan hanya ribuan dan koin saja. Tidak lebih.
Di tempat lain, seorang pria tanggung terlihat kusut dengan pakaian kumal duduk di pembatas jalan di perempatan lampu merah SKA, Pekanbaru. Dia juga menunggu lampu merah menyala. Saat mobil dan pengendara lainnya berhenti, mulailah dia beraksi untuk meminta.
Baca:Â Inilah Titik Gepeng Terbanyak di Pekanbaru
Itu hanya salah satu gambaran yang dilakukan Gepeng untuk supaya mendapat rasa iba agar diberi imbalan uang. Ada banyak modus yang dilakukan oleh para Gepeng ini. Mulai dari cacat fisik, memanfaatkan usia yang sudah lanjut, mengenakan pakaian kumuh, hingga membawa balita ke jalanan, suapaya mendapatkan kesan menyedihkan.
“Ada banyak kok, yang ditemukan cacat fisik mereka itu hanya bohong. Supaya kesannya susah dan orang iba,” kata kepala Dinas Sosial Provinsi Riau, Syarifuddin.
Masalah Gepeng ini merupakan masalah sosial kemasyarakatan yang harus segera ditangani oleh pemerintah. Dia menegaskan, jika memang kondisi fisik itu membuat para Gepeng tidak berdaya, Pemprov sudah menggerakkan program pemberdayaan.
“Ada banyak hal lain yang bisa mereka kerjakan selain meminta di jalanan. Susahnya, gepeng yang terorganisir ini. Mereka sudah seperti sindikat dan sulit diretas. Kami minta masalah seperti ini ditangani bersama dan didukung oleh masyarakat dengan tidak memberikan sumbagan di jalan raya,” tambahnya. (bpc3)