BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Ki Nangim tahu, Menco dan Bayan setiap hari berdebat tentang ilmu. Itu yang membuat juragan ini hatinya riang. Suatu hari, burung Bayan memberi saran pada sang juragan agar segera membeli dagangan kain sutra. Mendengar saran itu, Ki Lurah Nangim berencana ke Negeri Kuparman. Ia hendak kulakan barang dagangan seperti yang disarankan burung Bayan.
Harga barang-barang di Kustam sedang naik. Harga selembar kain panjang muslim dua rupiah, dan harga satu meter kain cita tiga puluh. Padahal di Kuparman harga barang itu jauh lebih murah.
Baca:Â Makrifat Burung Surga (21) : Derajat & Hikmah Lafal Bismillah
Ki Nangim pun merencanakan membeli barang-barang dagangan di Negeri Kuparman secukupnya. Sebelum berangkat, ia berpamitan pada isterinya yang sedang tidur di kamar. Ki Nangim berpesan pada isterinya, Siti Zaenab, agar nanti setelah ia pergi, kalau punya keinginan tertentu, agar meminta saran dan pertimbangan pada burung Menco dan burung Bayan Budiman. Ki Nangim dengan sungguh-sungguh meminta isterinya untuk mematuhi pesan itu.
Mendengar itu, Menco dengan suara lantang menyatakan, ia selalu siap menjaga isteri dan rumah sang juragan. “Ki Nangim tidak perlu khawatir. Jika terjadi sesuatu di belakang hari, saya siap bertanggungjawab,” kata Menco meyakinkan tuannya.
Mendengar ucapan Menco, si Bayan menimpali. “Juragan agar lebih mendekatkan diri kepada Allah, karena cobaan hidup itu tidak bisa diduga. Jangan mudah percaya pada janji orang yang muluk-muluk. Dan saya juga berharap juragan jangan terlalu percaya pada saya yang hanya seekor burung. Sebab ada kucing kecil yang tidak membuatnya kenyang saja saya sudah ketakutan,” kata Bayan.
Baca:Â Makrifat Burung Surga (1) : 99 Burung Bayan Hijrah
Juragan Nangim hatinya lega. Ia merasa, dua binatang piaraannya itu bisa dipercaya. Ia akan mampu menjaga istrinya yang cantik jelita itu selama dirinya berdagang di negeri orang.
Dengan kapal api juragan Nangim ke luar negeri. Juragan naik ke atas kapal. Jangkar kapal sudah ditarik. Sirine tanda kapal berangkat mengaum bagaikan kitiran. Kapal itu segera menembus lautan lepas diselingi sorak-sorai para awak kapal dan pengantar di daratan. (bersambung/jss)