BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Ritual Bakar Tongkang di Bagansiapiapi, Rohil itu sebenarnya tradisi kaum Tionghoa untuk menghormati dewa laut mereka. Yakni dewa Ki Ong Yan dan Dewa Tai Su Ong.Â
Masyarakat Tionghoa di sana percaya, bahwa dewa laut itu merupakan sumber dari 2 sisi, antara baik dan buruk, suka dan duka, maupun rezeki dan malapetaka.Â
Tongkang menandakan tekad para leluhur mereka yang telah menemukan Bagansiapiapi, dan memilih untuk tidak kembali ke tempat asal. Caranya dengan membakar kapal tongkang yang mereka gunakan untuk berlayar sekitar tahun 1878 lalu.Â
Leluhur itu akan tinggal di Bagansiapiapi untuk selamanya.Â
Etnis Tionghoa di sini yakin bahwa dewa mereka telah membawa para lelulur dengan selamat hingga sampai dan menetap di Kota Bagansiapiapi, akibat terjadinya perang saudara di Tiongkok beberapa ratus tahun lalu.Â
Baca:Â Pedagang Mulai Penuhi Klenteng Ing Hok King Rohil
Cerita ini banyak ditemukan dalam beberapa referensi sejarah, termasuk cerita tetua dulu di daerah itu. Bagi komunitas kepercayaan ini, Bakar Tongkang sebuah kesuksesan dalam meniti hidup.
“Bakar Tongkang kini tidak hanya dirasakan oleh kaum Tionghoa semata, tapi masyarakat Bagansiapiapi sendiri sudah merasakan manfaatnya. Di mana ada banyak perputaran uang dengan tingginya jumlah kunjungan wisatawan ke daerah itu. Ini akan memberikan dampak perekonomian yang luar biasa bagi masyarakat tempatan,” kata Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Riau, Fahmizal Usman.Â
Dalam kepercayaan yang dianut, jika acaranya tidak diikuti maka hidup seperti kekurangan tanpa arah serta tujuan, selain itu kesuskesan yang diraih tidak akan ada artinya.
Pada masa pemerintahan Orde Baru perayaan Bakar Tongkang ini sempat vakum selama puluhan tahun. Hingga di era Gus Dur tahun 2000, perayaan ini kembali digelar. (bpc3)Â