BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Gelar adat Walikota Pekanbaru Firdaus harus dicopot. Begitulah permintaan desakan Gerakan Mahasiswa dan Pemuda Peduli Riau (GMP2R).
GMP2R pada Kamis kemarin kembali menggelar aksi di depan kantor LAM Pekanbaru. Mereka terus mendesak agar gelar adat yang kini tersemat pada Firdaus, dilepas sebab Firdaus dinilai tak pantas menyandang gelar sebagai Datuk Bandar Setia Amanah.
“Sehubungan diadakannya pertemuan antara Lembaga Adat Melayu (LAM) Kota Pekanbaru dengan para tokoh-tokoh adat, tokoh-tokoh agama se-Pekanbaru untuk membahas tuntutan kelompok mahasiswa dan pemuda tentang pencabutan Gelar Adat Datuk Bandar Setia Amanah yang kini disandang oleh Walikota Pekanbaru, “kata Ketua Umum DPH LAM Pekanbaru Datuk Yose Saputra.
Pertemuan ini akan dilangsungkan di Balai Adat Melayu Kota Pekanbaru, Jalan Senapelan, nomor 42 Pekanbaru sekitar pukul 10.00 WIB. Pertemuan ini rencananya akan melibatkan tokoh adat, tokoh agama dan dari pihak legislatif.
pertemuan dengan para tokoh menyikapi desakan anak-anak kita para mahasiswa dan pemuda itu. Insyaallah, Sabtu akhir pekan ini, paling lambat, pertemuan itu akan dilaksanakan,” ujar Ketua Majelis Kerapatan Adat (MKA) LAM Pekanbaru, Datuk Said Usman Abdullah sebelumnya.
GMP2R menilai ada banyak masalah yang kini membelit Walikota Pekanbaru Firdaus sehingga gelar adat yang diberikan kepadanya dinggap telah tercoreng akibat masalah-masalah tersebut. Poin pertama sebab Walikota Firdaus diduga telah memanfaatkan jabatannya untuk memperkaya diri sendiri dan keluarganya melalui berbagai proyek yang ada di Pemko Pekanbaru.
Dari berbagai data yang diberikan oleh GMP2R salah satunya yakni pada pengerjaan proyek jalan KM 70 di Tenayan Raya Pekanbaru, yang dikerjakan oleh PT. Lutvindo Wijaya Perkasa, yang notabenenya perusahaan tersebut adalah milik keponakan kandung dari Walikota Firdaus.
Untuk poin kedua, GMP2R menyoroti kepergian Walikota Firdaus ke Kanada beberapa waktu lalu. GMP2R menilai bahwa kepergian ini tidak mencerminkan contoh kepemimpinan yang baik menurut adat sebab pada saat itu justru masyarakat Pekanbaru tengah berjuang melawan bencana kabut asap. (bpc3)