BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Untuk kali pertama Prof Dr H Syafrinaldi, SH MCL membawa para mahasiswanya berkunjung ke situs sejarah, Candi Muara Takus
Tak sekedar itu, Rektor Universitas Islam Riau itu juga mengajak mahasiswa mengamati dari dekat bangunan candi yang kokoh di Kelurahan Batu Bersurat Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar.Â
Syafrinaldi tiba di situs candi, Rabu siang 14 Maret 2018 pukul 14.10 WIB. Satu mobil dengan Wakil Dekan II Fakultas Hukum, Dr Rasyidi Hamzah, Rektor yang memakai kemeja putih lengan pendek dibalut celana berwarna hitam, disambut Dekan Fakultas Hukum Dr Admiral SH MH yang lebih awal sampai.
Di bawah panas cahaya matahari, Syafrinaldi bergegas masuk areal candi yang berjarak puluhan meter dari parkiran mobilnya. Ia berkunjung situs bersejarah itu ditemani sejumlah dosen, antara lain Dr H Arifin Bur, Dr Thamrin S, H. Husnu Abadi SH MHum PhD, Dr Ardiansyah, Dr Surizki Febrianto, S. Parman SH MH, dan Anton Afrizal Candra SH SAg.
Bersama rombongan Rektor juga terdapat 80 mahasiswa Fakultas Hukum yang datang menggunakan bus UIR dan berpakaian lengkap dengan jeket almamaternya.
Di areal Candi yang terbuat dari batu pasir, batu sungai dan batu bata ini terdapat tiga candi. Yakni Candi Tua (Tua Temple), Candi Mahligai (Mahligai Temple) dan Candi Palangka (Palangka Temple). Di masing-masing candi tersedia diskripsi yang terukir di atas batu pualam berkaki setinggi satu meter. Rektor kemudian mengamati satu persatu diskripsi itu.
Setelah membaca diskripsi itu, Rektor mencoba mencari keterangan tambahan, misalnya soal asal muasal candi dan tahun berdirinya Muara Takus. Tapi info tentang itu tidak ia temukan.
”Sayang Pak Tam tak ada info lanjutan. Soal tahun saja tidak dijelaskan disini,” komentar Syafrinaldi kepada Thamrin.
Sejurus kemudian, Profesor jebolan Munchen Jerman itu memanggil para mahasiswanya untuk mendekat ke dinding candi. Di tempat itu, ia memberi ‘kultum’ alias kuliah tujuh menit seputar pentingnya kita memahami asal usul candi, dan melestarikannya sebagai bagian dari cara kita mengagumi peninggalan leluhur.
”Muara Takus ini sudah berusia tua. Tempat tidak terlalu sulit ditemukan apalagi prasarana jalan menuju ke lokasi ini cukup bagus. Candi ini berbeda dengan candi-candi lain yang terdapat di Jawa,” kata Syafrinaldi kepada para mahasiswanya.
Usai di candi pertama, ia pun berkeliling ke candi kedua dan candi ketiga. Terik panas matahari terus menyengat. Setengah jam berjalan dari satu kuadran ke kuadran lain, Rektor pun keluar dari areal candi, lalu menuju ke mobil di parkiran.
”Ice cream Pak, air dingin juga ada,” kata penjual air menyapa Rektor dan Thamrin. Sejurus berlalu, Syafrinaldi dan rombongan bersiap meninggalkan Candi Muara Takus. (bpc9/rls)