BERTUAHPOS.COM, LIMAPULUH KOTA – Â Satu keluarga Nagari Labuah Gunung, Kecamatan Lareh Sago Halaban, Kabupaten Limapuluh Kota, Propinsi Sumatera Barat menghilang sejak 8 (Delapan) bulan lalu.
Diduga satu keluarga ini disinyalir bergabung dengan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Mengingat sebelum menghilang menjelang memasuki bulan suci Ramadhan 2015 silam, Ardison panggilan Son warga Jorong Kayu Tanaman, menawarkan warga Jorong Talaweh (kampung isterinya) untuk masuk bergabung dengan Gafatar. (Baca: Awas! Wilayah Sawit Riau di Riau Disinyalir Sarang Teroris)
Son saat mensosialisasikan organisasi Gafatar bersama pengurus Gafatar Sumatera Barat kepada Kepala Jorong Talaweh Rajimis (47) dan pengurus Masjid Istiqomah Al Manik, serta puluhan masyarakat lainnya tampak sudah ikut dengan organisasi itu sejak merantau di Kota Padang. (Baca: Teror Bom dan Gafatar, Eka Bagus Tiga Kali Sebut: Kepala Dingin)
Terakhir, Son bersama iterinya Hendra Maria dan 4 orang anaknya bekerja di Bukittinggi. Saat di Bukittinggi setelah pindah dari Kota Padang, Son sering pulang ke Talaweh menemui keluarganya. Herannya, sejak delapan bulan silam, Son dan isterinya tidak diketahui keberadaannya. (Baca: Izin Berakhir, Aktivitas Gafatar Ilegal)
“Saat terakhir kesini Son hendak menjual motornya. Kepada kelurga disampaikan uang hasil penjualan motor itu akan digunakan untuk penambah modal untuk berjualan Jagung. Setelah terjual, sejak itu Son dan Hen tidak pernah kembali lagi ke kampung,” jelas Etek Hendra Maria, Nur dan sepupunya Mitra Wati di rumahnya Jorong Talaweh, Senin (18/01/2016) sore. Â
Disampaikan Mitra Wati, sekitar tanggal 6 Desember 2015 lalu, Hendra Maria pernah menelpon dirinya guna menyampaikan bahwa ia bersama sumi dan 4 orang anaknya berada di Kalimantan. Saat berangkat menuju Kalimantan Hen mengaku mempergunakan uang hasil penjualan motor.
“Saat itu dia nelpon, disampaikannya dia ingin pulang. Kemudian minta dikirimkan uang senilai Rp 4 juta untuk ongkos pulang bersama anak-anaknya. Sementara suaminya Son tidak mau pulang,” jelas Wati menceritakan percakapannya dengan Hendra Maria beberapa waktu lalu.
Tidak lama kemudian, Wati terus mencari uang untuk bisa ditransper kepada sepupunya itu. Namun sampai tanggal 6 Januari 2016 beberapa waktu silam, Hendra Maria kembali menelpon menanyakan soal uang.
“Ketika dirinya menelpon terakhir 6 Januari 2016 lalu, masih menanya soal uang. Tapi saya belum transper karena tidak punya. Setelah itu saya telpon-telpon kembali tidak masuk-masuk. Hen menyebut nomor itu bukan miliknya tapi minjam HP tetangga,” jelasnya menyebut jika Hen bercerita sudah tidak tahan lagi hidup di Kalimantan.
“Memang dia mengaku tidak tahan lagi hidup disana, sehari-hari kadang ia dan anaknya tidak makan, dan anaknya tidak sekolah lagi. Kalau dia menyebut bekerja sebagai petani sayur bersama suaminya. Dan untuk pulang dia mengaku harus melewati sungai dengan naik kapal, jadi butuh biaya besar,” tambah eteknya Nur.
Kepala Jorong Talaweh Rajimis, dan Pengurus Masjid Istiqomah Jorong Talaweh, mengakui pernah diajak dan disosialisasikan organisas Gafatar. Bahkan menurutnya, 3 orang yang datang saat itu menyampaikan bahwa organisasi Gafatar siap membantu warga jika sudah bergabung.
“Jadi kalau sudah masuk organisasi Gafatar, kalau misalnya ada Goro, maka dari organisasi bisa didatangkan untuk membantu. Termasuk untuk membantu jika ada anak-anak kesulitan membiayai sekolah. Jadi kami ketika itu tidak mengetahui organisasi apa Gafatar itu, kemudian kami tolak saja,” jelas Almanik. (Khatik)