BERTUAHPOS.COM — Nilai tukar mata uang kita (Rupiah) terpuruk di penghujung tahun 2024. Kembalinya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS), diprediksi membuat situasi semakin kacau—akibat kebijakan proteksionisme dan perang dagang yang mungkin kembali memanas.
Dilansir dari Bloomberg Technoz, Jumat, 20 Desember 2024, nilai tukar rupiah semakin tertekan. Salah satu penyebabnya “badai” pasar keuangan global, dihantui pesimisme atas prospek kebijakan suku bunga global.
Di bawah kepemimpinan Trump, dolar AS diprediksi semakin perkasa. Bukan cuma Rupiah, hampir seluruh mata uang dunia mungkin akan takluk. Menyentuh Rp16.000 per dolar AS, diperkirakan akan menjadi angka “normal baru” — ada kemungkinan rupiah merosot hingga Rp17.000/US$ jika kebijakan proteksionisme dan perang dagang Trump kembali memanas.
Awal tahun 2024, kondisi Rupiah telah melemah 5,48% secara year-to-date terhadap dolar AS. Mata uang kita berada di urutan kelima dalam daftar mata uang asing Asia, terlemah.
Salah satu faktor paling berpengaruh, ekspektasi kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed) yang lebih ketat. Akibatnya, ruang penurunan suku bunga menjadi hanya dua kali pada 2025 nanti.
Imbal hasil (yield) Treasury AS juga melonjak. Likuiditas dari pasar global kian ditarik. Termasuk Indonesia. Di perdagangan terakhir, rupiah ditutup di Rp16.290/US$. Sedikit lagi menyentuh level terendahnya tahun ini, di Rp16.450/US$ pada Juni lalu.
Menurut riset JP Morgan, Indonesia perlu bersiap untuk menghadapi tantangan dari suku bunga global yang tinggi. Ditambah potensi perang dagang AS-Tiongkok yang berpotensi akan kembali panas.
Untungnya, Indonesia masih kuat dari sisi ekonomi domestik. Didukung kontribusi konsumsi rumah tangga lebih dari 50% terhadap PDB. Harapannya, dapat memberikan ketahanan relatif dibanding negara lain.
Sementara itu, Bloomberg Intelligence memperkirakan mata uang Asia akan kembali bergerak ke bawah pada 2025, karena dolar AS semakin menanjak. Trump mungkin akan mengeluarkan kebijakan ketat terhadap impor.
Kondisi ini akan membuat mata uang di kawasan Asia semakin terdesak. Termasuk Rupiah. Bahkan bisa menyentuh ke level psikologis di Rp16.500 per dolar. Titik paling krusial bagi mata uang Merah Putih, di tahun depan.
Analis Forex, Lukman Leong, memperingatkan potensi pelemahan rupiah lebih lanjut hingga Rp17.000 per dolar. Akibat dari berbagai kebijakan Trump yang tak bersahabat, dan berisiko jadi pemicu inflasi global.
Dia menyebut, “Ini bukan hanya masalah rupiah. Semua mata uang lawan dolar AS cenderung melemah.” Cara agar bisa keluar dari kondisi ini, dunia perlu mengurangi ketergantungan terhadap dolar. “Agar mata uang kita tak terus-terus ‘tersandera’,” tegasnya.
Pemerintah Indonesia dalam APBN 2025 mematok asumsi nilai tukar rupiah di Rp16.000/US$ dengan yield surat utang negara tenor 10 tahun di kisaran 7%. Namun, dengan dinamika pasar global yang tidak menentu, tantangan bagi rupiah diperkirakan masih akan terus berlanjut.***