BERTUAHPOS — Gubernur Riau, Abdul Wahid, mengatakan status siaga Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Riau, yang kini siaga, bisa saja naik menjadi tanggap darurat. Apalagi, telah diperkirakan musim kemarau di Riau akan terjadi lebih awal di tahun ini.
Wahid mengatakan, saat ini status siaga darurat Karhutla telah diberlakukan. Namun berpotensi dinaikkan menjadi status tanggap darurat dalam waktu dekat. “Penanganan Karhutla bisa dilakukan secara parsial,” katanya di Pekanbaru.
Oleh sebab itu, Gubernur meminta kepada seluruh lapisan masyarakat, Organisasi Perangkat Daerah (OPD), dan instansi vertikal diminta untuk memperkuat sinergi dalam menghadapi potensi bencana tersebut.
“Karhutla ini tidak bisa diselesaikan satu-dua instansi saja. Kita semua, dari pemerintah hingga masyarakat, harus berperan. Ini bukan hanya soal tugas, tapi juga amanah,” ujar Wahid.
Pemprov Riau, lanjutnya, telah menyiapkan langkah-langkah strategis mulai dari pencegahan hingga penindakan. Sejumlah kegiatan seperti monitoring titik panas, patroli rutin, dan pemadaman dini telah dilakukan sejak Januari hingga April 2025. Selain itu, Keputusan Gubernur untuk penetapan status siaga darurat juga tengah disiapkan.
“Meski karhutla mungkin terjadi, kita harus sudah siap dengan segala skenario. Ini jadi ujian koordinasi dan kesiapsiagaan kita dalam penanganan bencana,” tambahnya.
Pemprov Riau meyakini bahwa musim kemarau diprediksi dimulai pada Mei, dengan puncaknya terjadi pada Juni 2025. Untuk itu, sejumlah agenda penting akan digelar dalam waktu dekat, seperti Apel Siaga Karhutla, Fun Run Karhutla, dan Jambore Karhutla sebagai bentuk kampanye kesiapsiagaan.
Dia menyebut, bahwa Pemprov Riau juga akan menyiapkan aktivasi Posko Utama dan pembentukan Satgas Karhutla Nasional. Selama musim kemarau yang diperkirakan berlangsung hingga Oktober, upaya pemadaman darat dan udara akan diperkuat. Penegakan hukum, patroli, sosialisasi, mitigasi risiko, dan pelayanan kesehatan menjadi fokus utama.
Sebagai bagian dari evaluasi, Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) tahap kedua direncanakan pada Oktober, sedangkan evaluasi status siaga darurat akan dilakukan pada November.
Seluruh upaya ini diharapkan mampu menekan jumlah kejadian Karhutla dan meningkatkan keterlibatan aktif masyarakat. “Kami harap semua pihak waspada dan terus memperbarui informasi, agar langkah mitigasi bisa dilakukan tepat waktu dan tepat sasaran,” sebutnya.***