BERTUAHPOS.COM,Jakarta -Sejumlah sektor usaha terkena dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah. Umumnya, dampak negatif dialami industri yang banyak menggunakan bahan baku impor seperti tekstil dan makanan.
Menurut Ade Sudrajat, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), bahan baku utama industri tekstil seperti kapas, benang, dan kain sebagian besar masih diimpor. Dengan pelemahan nilai tukar rupiah, maka biaya impor pun bakal membengkak.
Kenaikan biaya produksi, lanjut Ade, bisa saja dibebankan kepada konsumen apabila produsen sudah tidak lagi mampu menanggung. “Pelemahan nilai tukar rupiah saat ini sangat berpengaruh terhadap harga jual produk tekstil. Bisa naik 20-30 persen,” katanya, baru-baru ini.
Setiap tahun, tambah Ade, nilai impor bahan baku tekstil mencapai sekitar US$ 8 miliar. Bahan baku tersebut didatangkan dari sejumlah negara seperti China, Korea Selatan, India, Amerika Serikat, Brasil, dan Australia.
Selain bahan baku, barang modal seperti mesin di industri tekstil pun masih diimpor. “Bahan baku dan mesin harus dibayar dengan dolar. Ini berpengaruh kepada daya saing industri,†kata Ade.
Jika harga produk tektil naik, Ade khawatir penjualan di pasar dalam negeri akan menurun. Untuk menyiasatinya, produsen harus menggalakkan ekspor. Namun untuk ekspor pun ternyata tidak mudah.
“Hal yang bisa kami lakukan di tengah situasi yang sulit di dalam negeri adalah ekspor besar-besaran. Janganlah dipersulit, selama ini aturan perpajakan dan kepabeanan yang diutak-atik. Padahal kalau kita dipermudah kita bisa menghasilkan devisa yang besar,” papar Ade.
Ade menyebutkan selama ini pasar ekspor produk tekstil yang cukup besar adalah ke AS dan Eropa. Setiap tahun, nilai ekspor produk tektil mencapai USS 15 miliar.
Industri makanan jadi pun terkena dampak negatif ketika rupiah dalam tren melemah. Werianty Setiawan, Direktur Indofood CBP Sukses Makmur, menyatakan tahun ini saja produk-produk perusahaannya seperti mie instan sudah mengalami kenaikan harga berkisar 5-10 persen. Pelemahan rupiah berpotensi memaksa produsen untuk kembali menaikkan harga jual.
“Apabila harga bahan baku terus meningkat dan rupiah belum menguat tetapi dampaknya masih minim, mungkin perusahaan belum menaikkan harga. Namun jika kenaikannya cukup besar, perusahaan mungkin perlu menaikkan harga,†kata Werianty.
(hds/DES/detik.com)