BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Pemprov Riau memastikan hingga kini belum terdeteksi adanya sapi ternak yang terjangkit penyakit mulut dan kuku [PMK]. Sejak ditemukan pertama kali di Gresik pada 28 April lalu, wabah PMK yang menjangkiti hewan ternak terus meluar di Jawa Timur.
Kementerian Pertanian mencatat per 5 Mei dilaporkan sebanyak 1.296 ekor sapi ternak terjangkit PMK di Kabupaten Sidoarjo, Lamongan, Mojokerto, serta Gresik. “Belum ada kasus sapi terjangkit penyakit PMK di Riau,” kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Provinsi Riau Herman di Pekanbaru, Kamis, 12 Mei 2022.
PMK atau juga dikenal dengan Food and Mouth Disease (FMD) merupakan penyakit hewan menular akut yang berdampak signifikan terhadap ekonomi peternak. Jenis hewan yang rentan terjangkit, umumnya hewan ternak seperti sapi, kerbau, kambing, domba, dan ruminansia lainnya.
Herman mengatakan, pihaknya akan terus melakukan pengawasan terhadap sapi ternak warga guna mencegah masuknya penyakit itu ke Riau. Diantaranya dengan mengaktifkan poskocheckpoint perlintasan mobilisasi hewan ternak ke Riau.
Adapun 5 posko check point tersebut berada di perbatasan Provinsi Riau dengan Sumatera Utara yakni Kabupaten Rokan Hilir dan Dalu-dalu di Kabupaten Rokan Hulu. Lalu, perbatasan dengan Provinsi Jambi di Taluk Kuantan, Kabupaten Kuansing.
Kemudian perbatasan dengan Sumatera Barat (Sumbar) di Kecamaran XIII Koto Kampar. Terakhir, perbatasan dengan Provinsi Jambi di Kecamatan Kemuning, Kabupaten Indragiri Hilir.
Dalam pemberitaan Koran Tempo yang tayang pada edisi 10 Mei 2022, Syed M. Jamal dalam penelitiannya berjudul: Foot-and-Mouth Disease: Past, Present dan Future (2013), menyatakan bahwa penyakit tersebut pertama kali muncul tahun 1514. Saat itu, beberapa ekor sapi milik seorang biarawan Italia, Hieronymus Fracastorius, menunjukkan gejala berupa luka kemerahan di rongga mulut dan kuku.
Lebih lanjut pada 1897, penyakit mulut dan kuku ini teridentifikasi mewabah secara global lewat penyebaran virus. Menurut Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan (OIE), organisme yang menjadi penyebab PMK adalah Aphthovirus dari keluarga Picornaviridae. Ada tujuh strain yang endemik di berbagai negara seluruh dunia, yakni A, O, C, SAT1, SAT2, SAT3, dan Asia1.
PMK ditemukan di semua ekskresi dan sekresi dari hewan yang terinfeksi. Khususnya pada hewan-hewan yang menghirup sejumlah besar virus aerosol, yang dapat menginfeksi hewan lain melalui rute pernapasan atau oral. Virus ini mungkin ada dalam susu dan air mani hingga 4 hari, sebelum hewan menunjukkan tanda-tanda klinis penyakit.
PMK terjadi di banyak bagian dunia, terutama di negara-negara berkembang di Afrika dan Asia. Lebih dari 100 negara dilaporkan masih terpengaruh oleh PMK di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Dampak daripada PMK terkadang bisa mempengaruhi perkembangan atau kondisi ekonomi di suatu negara yang terdampak.
Sementara di beberapa negara maju, seperti Amerika Utara, Australia, Selandia Baru, dan negara-negara Eropa telah memberantas penyebaran penyakit tersebut. Saat ini, negara-negara tersebut telah dinyatakan sebagai daerah bebas PMK. Namun, tidak menutup kemungkinan wabah PMK menjangkit kembali karena dapat terjadi secara sporadis.***