BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Kebijakan pemerintah melarang ekspor CPO membuah harga minyak nabati di pasar dunia melejit. Dalam kurun beberapa waktu belakangan sawit dan turunannya memang diterpa berbagai isu kurang sedap.
Sejak awal mula adanya Perang Rusia dan Ukraina, telah berdampak terhadap pergerakan harga CPO dunia dan juga turut memberikan dampak terhadap harga tandan buah segar [TBS] kelapa sawit masyarakat, khususnya di Riau.
“Pergerakan harga crude palm oil juga juga terpengaruh adanya krisis tenaga kerja yang terjadi di Malaysia. Mengingat negara ini memiliki ketergantungan hingga 80 persen tenaga kerja asing dalam hal memproduksi CPO,” kata Kabid Pengolahan dan Pemasaran, di Dinas Perkebunan Provinsi Riau Defris Hatmaja, Selasa, 26 April 2022.
Selain itu, masalah cuaca yang menyebabkan keringnya perkebunan di Amerika Selatan telah membuat pasokan minyak kedelai di negara itu terhambat, sehingga kebutuhan mereka terhadap CPO menjadi meningkat.
Sementara itu, rencana larangan ekspor minyak sawit Indonesia pada pekan lalu sebagaimana disampaikan langsung oleh Presiden Joko Widodo [Jokowi], telah mengejutkan banyak pihak, sehingga cukup memberi shock pada pasar minyak nabati dunia.
Jokowi mengambil langkah ini menyusul polemik kelangkaan dan kenaikan harga minyak goreng di pasar yang terindikasi adanya aktivitas mafia.
Tak bisa dipungkiri bahwa Indonesia adalah produsen, eksportir dan konsumen utama minyak sawit, menyumbang sekitar 60 persen dari total pasokan.
Itulah mengapa kebijakan larangan ekspor CPO bak menjadi pukulan keras bagi negara-negara yang sejak lama bergantung pada pasar CPO Indonesia, terutama di Riau.
Dalam catatan Badan Pusat Statistik [BPS] Provinsi Riau, China dan Tiongkok menjadi negara paling dominan tergantung dengan bahan baku sawit di Indonesia.
Sebagaimana diketahui, harga TBS kelapa sawit penetapan ke 17 bulan Maret untuk periode 27 April hingga 10 Mei 2022, masih mengalami kenaikan.
Defris Hatmaja mengatakan, kenaikan harga TBS kelapa sawit terjadi pada setiap kelompok umur dengan jumlah kenaikan terbesar terjadi pada kelompok umur 10 – 20 tahun sebesar Rp 89,18/Kg atau mencapai 2,33% dari harga minggu lalu.
“Sehingga harga pembelian TBS petani untuk periode satu minggu kedepan naik menjadi Rp3.919,87/Kg. Kenaikan harga TBS ini disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal,” katanya.
Defris menyebut, naiknya harga TBS periode ini disebabkan oleh terjadinya kenaikan harga jual CPO dan Kernel dari beberapa perusahaan yang menjadi sumber data.
Untuk harga jual CPO, PTPN V mengalami kenaikan harga sebesar Rp137,36/Kg dari harga minggu lalu, Sinar Mas Group mengalami kenaikkan harga sebesar Rp199,78/Kg dari harga minggu lalu.
Sedangkan di PT Astra Agro mengalami kenaikan sebesar Rp213/Kg dari harga minggu lalu, PT Asian Agri mengalami kenaikan sebesar Rp286,89/Kg dari harga minggu lalu.
Sementara untuk harga jual Kernel, Asian Agri Group melakukan penjualan dengan harga sebesar Rp11.475,00/Kg dan Astra Agro menjual dengan harga Rp10.945,95/Kg.
Berikut ini daftar harga TBS kelapa sawit di Riau untuk sepekan ke depan:
- Umur 3th (Rp 2.906,02);
- Umur 4th (Rp 3.141,64);
- Umur 5th (Rp 3.426,98);
- Umur 6th (Rp 3.508,53);
- Umur 7th (Rp 3.645,65);
- Umur 8th (Rp 3.745,70);
- Umur 9th (Rp 3.831,74);
- Umur 10th-20th (Rp 3.919,87);
- Umur 21th (Rp 3.757,01);
- Umur 22th (Rp 3.738,57);
- Umur 23th (Rp 3.723,21);
- Umur 24th (Rp 3.569,57);
- Umur 25th (Rp 3.485,07);
- Indeks K : 92,71%;
- Harga CPO Rp. 16.572,40;
- Harga Kernel Rp. 11.273,46.
Harga ini berdasarkan daftar rilis yang dikeluarkan oleh Dinas Perkebunan Provinsi Riau dan bisa saja tidak sama di lapangan***
[bpc2]