BERTUAHPOS.COM, Blitar – Aktivis petani lereng Gunung Kelud di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Farhan Mahfudzi, menyayangkan adanya kehebohan terkait penetapan status Waspada gunung tersebut.
“Mungkin karena saat ini berbarengan dengan peristiwa erupsi Gunung Sinabung, jadi Kelud seolah-olah diperlakukan sama seperti Sinabung. Padahal sebagian besar masyarakat sekitar Kelud santai-santai saja,†ujar Farhan, Kamis (06/02/2014).
Menurut dia, bencana gunung api bagi masyarakat di lereng Kelud bukan hal baru. Setiap generasi sudah merasakan atau setidaknya mendapat cerita bagaimana letusan terjadi.
Kelud meletus pada 1901, 1919, 1951, 1966, dan 1990. Terakhir pada 16 Oktober 2007. Artinya, kata Farhan, bagaimana cara penanggulanganya sudah menjadi semacam pola kebudayaan masyarakat gunung api.
Pada konteks bencana, jelas dia, apa yang terjadi pada warga lereng gunung persis sama dengan masyarakat pesisir pantai selatan yang setiap saat bisa terancam tsunami.
Ia juga mengibaratkan dengan warga di bantaran sungai yang setiap musim hujan selalu waspada banjir. Sama halnya dengan masyarakat perkotaan yang terbiasa dengan kemacetan. (okz)