BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Ancamana adanya Pemutusan Hubungan Kerja atau PHK disektor Migas sangat memungkinkan bahwa angka deflasi di Riau 2016 akan meninggi. Hal itu disebabkan daya beli masyarakat akan turun karena sebagian masyarakat memilih untuk mengurangi tingkat konsumsinya.
Berdasrkan pengalaman sebelumnya, menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Riau, Mawardi Arsyad bahwa secara logisnya, jika memang rencana PHK karwawan di sektor migas dilakukan, maka angka pengangguran di Riau bisa dipastikan akan mengalami peningkatan yang signifikan.
Hal ini terlihat dari jumlah angka pengangguran yang sudah terjadi sepanjang tahun 2015. Deflasi terjadi, kata Mawardi, disebabkan jumlah kepemilikan atau perputaran uang masyarakat lebih sedikit. Akibatnya akan berpengaruh terhadap daya beli di pasaran.
“Deflasi itu itu terjadi jikalau tingkat konsumsi masyaralat melemah. Orang mengurangi belanjanya karena mereka tidak lagi punya banyak uang. Secara hukum pasar kalau kejadiannya sudah seperti itu akan sangat berpengaruh terhadap perekonomian pasar,” katanya, Senin (01/02/2015).
Potensi kerugian itu akan sangat terlihat pada daya beli masyarakat yang menurun. Selain masalah harga minyak dunia yang anjlok, jatunya harga Tandan Buah Segar, atau TBS sawit di Riau pada pertengan 2015 lalu sudah memberi dampak yang signifikan terhadpa deflasi pasar.
Dalam hal ini, masyarakat atau konsumen tidak bisa disalahkan, sebab kondisi dan situasi keuangan mereka yang membuat daya beli masyarakat menjadi turu. Menurut Mawardi, masyarakat secara beramai tentu akan menarik simpanan tabungan mereka di perbangakan untuk melanjutkan kebutuhan sehari-hari.
“PHK tidak hanya memberi pengaruh terhadap individu dan keluarga, melainkan juga itu terjadi dalam skala yang besar, juga akan memberikan gejolaj besar pula terhadap perherakan pasar, bahkan perputaran ekonomi di Riau,” smabungnya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik Provinsi Riau merilis, bahwa angka pengangguran di Provinsi Riau tahun 2015 tercatat meningkat lebih tinggi. Hingga bulan Agustus 2015, pengangguran diwilayah perkotaan sebanyak 9,25 persen, lebih tinggi dibanding wilayah pedesaan yakni sebanyak 6,90 persen.
Jumlah pengangguran di Riau pada Agustus 2015 lalu tercatat sebanyak 217,053 jiwa. Dengan demikian tingkat pengangguran terbuka provinsi Riau mencapai 7,83 persen. Naik dibanding tahun 2014 yaitu sebesar 6,56 persen.
“Angka pengangguran di Riau per Agustus lalu mencapai 2,771 jiwa lebih jika dibandingkan dengan total penduduk usia 15 tahun ke atas yang berjumlah 4 ribu lebih maka tingkat partisipasi angka kerja hanya 63,22 persen,” kata Mawardi
Sementara status pekerja yang mendominasi tenaga kerja adalah buruh dan karyawan. Hal sama terjadi baik didaerah perkotaan atau di pedesaan. Persentasi status pekerja yang terendah adalah tenaga kerja berstatus bantu buruh tetap atau buruh dibayar. (Melba)