BERTUAHPOS.COM,Jakarta -Nilai tukar rupiah sudah beberapa kali mengalami tekanan. Rupiah pernah terdepresiasi pada Agustus lalu ketika bank sentral Amerika Serikat diperkirakan mulai mengurangi stimulus moneter alias tapering off.
Kini rupiah kembali diguncang akibat tingginya permintaan valas dari sektor swasta yang tidak diimbangi pasokan yang memadai. Bagaimana cara supaya rupiah tidak lagi rawan guncangan? Agus Martowardojo, Gubernur Bank Indonesia, mengemukakan sejumlah solusi jangka pendek.
Pertama, pelaku usaha domestik harus mau melepas valas mereka secara normal untuk menjaga pasokan. “Bagi yang perlu valas, apakah mereka membeli sesuai kebutuhan? Apakah tidak hedging? Kebutuhan untuk Februari-Maret tahun depan tidak perlu dibeli sekarang,†kata Agus baru-baru ini.
Kedua, para eksportir juga harus menempatkan dana valas mereka di dalam negeri. Isu devisa hasil ekspor (DHE) ini sudah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No 14/25/PBI/2012.
“Eksportir silahkan berusaha di Indonesia, kalau sudah ekspor silahkan. Tetapi dananya harus masuk ke Indonesia. Tidak ada kewajiban bagi eksportir mengonversi ke rupiah, tapi harus masuk. Besoknya atau hari yang sama mau dikeluarkan silahkan. Namun banyak sekali yang belum melakukan itu, sangat kurang,†papar Agus.
Untuk mendorong penempatan DHE di dalam negeri, lanjut Agus, BI bisa saja nantinya menerapkan sanksi. “Kalau BI mulai memberi sanksi, jangan mereka menjadi pelaku ekonomi yang tidak taat asas,†ujarnya.
Sedangkan langkah ketiga adalah memastikan seluruh transaksi di dalam negeri menggunakan rupiah. “Apakah kita sudah berkomitmen transaksi itu sudah menggunakan rupiah? Jangan kita menggunakan valas untuk transaksi antar institusi dalam negeri,†kata Agus.
Jika langkah-langkah tersebut sudah efektif, Agus optimistis pasokan valas di dalam negeri akan tercukupi. Dengan begitu, nilai tukar rupiah bisa lebih stabil dan tidak mudah berfluktuasi.
Sementara dalam jangka menengah-panjang, Agus menyebutkan perlu pembenahan yang lebih struktural untuk menjaga nilai tukar rupiah. “Memperbaiki transaksi berjalan, memperbaiki neraca perdagangan, neraca jasa, neraca income, neraca energi, dan neraca pangan,†ucapnya.
Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities, menilai dalam jangka pendek setidaknya ada dua kebijakan yang bisa ditempuh agar rupiah lebih stabil. Pertama adalah mengatur peredaran valas di Indonesia, yang bisa dilakukan dengan mewajibkan DHE untuk masuk ke dalam negeri. Kedua adalah sebisa mungkin memastikan transaksi yang terjadi di dalam negeri menggunakan rupiah.
Sedangkan untuk jangka menengah-panjang, Reza berpendapat ada dua hal yang harus dilakukan yaitu menguragi impor dan meningkatkan ekspor. “Devisa kita banyak terkuras karena impor. Dari mulai BBM (bahan bakar minyak) sampai bahan pangan banyak sekali yang impor. Kemudian ekspor juga harus didorong, terutama untuk produk yang punya nilai kompetitif,†katanya.(detik.com)