BERTUAHPOS.COM — Nilai tukar rupiah dibuka menguat tipis pada awal perdagangan di pasar spot hari ini. Namun, penguatan tersebut tidak berlangsung lama akibat tekanan dari penguatan indeks dolar AS, dilansir dari Bloomberg Technoz, Senin, 9 Desember 2024.
Rupiah sempat menguat 0,03% ke level Rp15.845 per dolar AS saat pembukaan pasar. Namun, tak lama kemudian, rupiah berbalik melemah ke level Rp15.856 per dolar AS. Pada pukul 09.09 WIB, rupiah kembali menguat tipis sebesar 0,04% ke posisi Rp15.844 per dolar AS.
Penguatan singkat rupiah dipengaruhi oleh kenaikan indeks dolar AS yang bergerak dari level 105,99 ke 106,06. Kondisi ini mencerminkan fluktuasi pasar yang masih dipengaruhi berbagai sentimen global, termasuk ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan Asia Timur.
Sejumlah mata uang Asia turut tertekan dalam perdagangan pagi ini. Won Korea Selatan menjadi yang paling terpukul dengan pelemahan 0,76% akibat kekhawatiran pasar terkait upaya pemakzulan Presiden Yoon. Hal ini memicu arus keluar modal dari bursa saham Korea Selatan.
Peso Filipina dan ringgit Malaysia masing-masing melemah 0,37% dan 0,33%, sementara dolar Taiwan turun 0,13%. Yuan Tiongkok dan dolar Hong Kong juga mencatat penurunan masing-masing 0,05% dan 0,01%.
Di sisi lain, beberapa mata uang Asia berhasil menguat, seperti baht Thailand yang naik 0,15%, dolar Singapura 0,04%, yuan offshore 0,03%, dan yen Jepang 0,02%.
Perhatian pelaku pasar pekan ini akan tertuju pada rilis data inflasi CPI AS untuk November, yang menjadi indikator utama bagi keputusan suku bunga The Fed pada rapat FOMC 18 Desember mendatang.
Secara teknikal, rupiah masih berpotensi menguat dalam sepekan ke depan dengan level resistance terdekat di Rp15.810 per dolar AS. Jika level ini ditembus, potensi penguatan selanjutnya berada di Rp15.800 hingga Rp15.740 per dolar AS.
Namun, jika rupiah melemah, level support terdekat berada di Rp15.880 per dolar AS. Jika level ini dilampaui, pelemahan lanjutan dapat mencapai Rp15.900 hingga Rp16.000 per dolar AS.
Pelaku pasar diimbau untuk tetap mencermati perkembangan data ekonomi global serta sentimen geopolitik yang berpotensi memengaruhi stabilitas nilai tukar rupiah.***
Bloomberg Technoz