BERTUAHPOS.COM — Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat produksi minyak kelapa sawit (CPO) pada September 2024 sebesar 4,02 juta ton, turun 10,67% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 4,5 juta ton. Penurunan ini juga berdampak pada kinerja ekspor CPO dan produk turunannya.
Ekspor CPO dan produk olahannya tercatat turun tajam sebesar 21,97% secara bulanan (month-to-month/mtm) menjadi 1,86 juta ton pada September 2024 dari 2,38 juta ton pada Agustus. Secara tahunan, penurunan ekspor bahkan mencapai 38%.
“Penurunan yang besar terjadi pada produk olahan CPO dari 1,66 juta ton pada Agustus menjadi 1,37 juta ton pada September (-17,70%),” kata Ketua Umum Gapki, Mukti Sardjono.
Penurunan signifikan juga terlihat pada ekspor CPO murni, yang anjlok hingga 87,26% mtm. Ekspor hanya mencapai 28 ribu ton dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 222 ribu ton. Sementara itu, ekspor oleokimia juga turun 7,33% menjadi 408 ribu ton dari sebelumnya 440 ribu ton.
Dari sisi tujuan ekspor, Bangladesh mencatat penurunan tertinggi sebesar 73,12% secara tahunan (year-on-year/YoY). China dan India juga mencatat penurunan masing-masing sebesar 37,66% dan 31,13% YoY. Sebaliknya, ekspor ke Uni Eropa justru meningkat 12,31%, diikuti Rusia yang naik signifikan hingga 135% dan Pakistan yang meningkat 3,98%.
Selain ekspor, konsumsi dalam negeri CPO pada September 2024 juga mengalami penurunan. Gapki melaporkan total konsumsi domestik turun 3,88% mtm menjadi 1,98 juta ton. Penurunan ini didorong oleh turunnya konsumsi produk olahan pangan sebesar 3,67% menjadi 865 ribu ton, serta produk biodiesel yang turun 4,60% menjadi 934 ribu ton.
Meskipun mengalami penurunan pada September, total konsumsi domestik dari Januari hingga September 2024 masih mencatat kenaikan 1,63% YoY. Peningkatan ini terutama didorong oleh konsumsi biodiesel yang tumbuh 8,08% YoY menjadi 8,35 juta ton.
Dengan turunnya ekspor dan konsumsi domestik, stok akhir CPO pada September 2024 mengalami peningkatan. “Stok akhir September naik menjadi 3,02 juta ton dari 2,45 juta ton pada akhir Agustus 2024,” ujar Mukti Sardjono.
Kondisi ini menjadi tantangan besar bagi industri kelapa sawit di tengah dinamika pasar global dan kebijakan domestik. Gapki berharap ada langkah strategis untuk mengatasi penurunan ini dan mendorong stabilitas industri.***