BERTUAHPOS.COM – Bagi sebagian orang, pemandangan ulat bisa jadi menjijikkan. Namun, bagi Imam, ulat-ulat ini adalah ladang cuan yang menjanjikan.
Ulat yang dibudidayakan Imam bukanlah maggot atau ulat Hongkong, melainkan ulat Jerman. Ulat Jerman, larva dari kumbang Zophobas morio, memiliki garis-garis tubuh yang lebih tegas dan ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan ulat lainnya.
Saat ini, budidaya ulat Jerman semakin populer di Indonesia, termasuk di Kota Pekanbaru. Ulat ini dimanfaatkan sebagai pakan hewan peliharaan seperti burung kicau, sugar glider, dan reptil. Oleh karena itu, bisnis budidaya ulat Jerman memiliki prospek yang cerah.
Kami mengunjungi lokasi budidaya ulat Jerman milik Imam di Jalan Lintas Timur, Kilometer 16, Kecamatan Kulim, Kota Pekanbaru.
Imam memulai usaha ini sekitar tahun 2018 dengan indukan kumbang yang diperoleh dari tetangganya yang gagal dalam usaha serupa. Tanpa sengaja, Imam berhasil mengembangbiakkan ulat Jerman tersebut.
Budidaya ulat Jerman tergolong mudah, bahkan lebih mudah daripada memelihara ulat maggot dan ulat Hongkong. Dari segi pakan dan daya tahan tubuh, ulat Jerman lebih unggul. “Ulat Jerman tidak serewel maggot,” ujar Imam.
Namun, menjaga kesehatan indukan tetap penting. “Hama seperti semut dan cicak harus dihindari karena dapat mengancam koloni ulat,” katanya.
Budidaya ulat Jerman tidak memerlukan tempat luas. Bahkan, ulat ini bisa dibudidayakan di tempat sempit seperti sudut dapur, asalkan kotaknya aman dari jangkauan hama.
Idealnya, kotak budidaya berbentuk rak, namun bisa juga ditempatkan di atas meja atau dengan sistem gantung. Satu kotak berukuran 12×60 cm dapat menampung 130 ekor indukan dengan rata-rata berat panen sekitar 2 kilogram.
Media pembesaran yang digunakan adalah dedak atau buras. “Dedak berfungsi sebagai media kumbang bertelur, sementara buras sebagai pakan penyangga sementara,” tuturnya.
Setiap hari, Imam mengambil sampah sisa sayuran dari pasar terdekat sebagai pakan utama koloni ulat Jerman. Selain sayur, ubi kayu dan pelet juga digunakan sebagai pakan tambahan.
Pemberian pakan yang teratur sangat penting untuk mencegah kanibalisme di antara ulat. “Jika telat memberi makan, ulat-ulat ini akan saling memangsa,” ujar Imam.
Setelah 3 bulan, Imam memanen ulat Jerman dan menjualnya dengan harga Rp70 ribu per kilogram.
Imam menyarankan budidaya ulat Jerman sebagai usaha sampingan yang cocok untuk pemula karena biayanya yang murah. Sejauh ini, pasar ulat Jerman di Pekanbaru stabil dan prospektif ke depannya.***